KATA
PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga terciptalah sebuah
makalah yang berjudul "Pengertian Komunikasi Kesehatan”. Maksud dan
tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Komunikasi Kesehatan.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala
yang dihadapi. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai
pengantar. Besar harapan untuk bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari siapapun yang membaca makalah ini demi kesempurnaan
penyusunan makalah berikutnya. Terima Kasih.
Manado, November
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3
Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 4
2.1
Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi Kesehatan ...................... 4
2.2
Perhatian Dunia Terhadap Masalah Kesehatan ............................. 5
2.3
Definisi Komunikasi Kesehatan .................................................... 13
2.4
Cakupan Komunikasi Kesehatan ................................................... 16
2.5
Tujuan Komunikasi Kesehatan ...................................................... 18
2.6
Konteks Komunikasi ..................................................................... 20
2.7
Masa Depan Komunikasi Kesehatan ............................................. 21
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 25
3.1
Kesimpulan .................................................................................... 25
3.2
Saran .............................................................................................. 25
Daftar Pustaka .............................................................................................. 26
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagaimana diketahui, manusia adalah
makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam
kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu
berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya,
atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok
inilah yang disebut sebagai interà ksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa
komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam
hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan
masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya
tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi
(Schramm; 1982).
Apa yang mendorong manusia sehingga
ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya. Teori dasar Biologi menyebut adanya
dua kebutuhan, yakni kebutuhan untük mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Harold D. Lasswell salah seorang peletak
dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik menyebut tiga fungsi dasar yang
menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi :
Pertama, adalah hasrat manusia untuk
mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui
peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada
hal-hal yang mengancam alam sekitamya. Melalui komunikasi manusia dapat
mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia
dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dan pengalamannya, maupun
melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat
Sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
Penyesuaian di sini bukan saja terletak pada kemampuan manusia memberi
tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir, gempa bumi dan musim yang
mempengaruhi perilaku manusia, tetapi juga lingkungan masyarakat tempat manusia
hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini diperlukan penyesuaian,
agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis.
Ketiga, adalah upaya untuk melakukan
transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan
keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran
nilai, perilaku, dan peranan. Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan
tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah
difungsikan untuk mendidik warga negara Bagaimana media massa menyalurkan hati
nurani khalayaknya, dan bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang
dibuatnya untuk mengayomi kepentingan anggota masyarakat yang dilayaninya.
Ketiga fungsi tersebut menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Profesor David K. Berlo dari Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dan interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byrnes, 1965). Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, pramuniaga dan lain sebagainya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Ketiga fungsi tersebut menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Profesor David K. Berlo dari Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dan interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byrnes, 1965). Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, pramuniaga dan lain sebagainya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Komunikasi massa adalah proses
penyampaian informasi kepada khalayak massa dengan media massa. Media massa
hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi massa tersebut,
yaitu sebagai alat atau saluran..
Iklan merupakan berita pesanan untuk
mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Secara
garis besar iklan dibagi menjadi dua, yang pertama iklan komersil yaitu iklan
yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa. Yang kedua
iklan non komersil yaitu bagian dari kampanye sosial dengan tujuan mengajak,
menghimbau atau menyampaikan gagasan demi kepentingan umum. Iklan non nkomersil
lebih dikenal dengan iklan layanan masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Mengapa kita mempelajari komunikasi kesehatan ?
2.
Bagaimana perhatian dunia terhadap masalah kesehatan ?
3.
Apa saja definisi dari komunikasi kesehatan ?
4.
Apa saja cakupan mengenai komunikasi kesehatan ?
5.
Apa saja tujuan komunikasi kesehtaan ?
6.
Apa manfaat dalam mempelajari komunikasi kesehatan ?
7.
Bagaimana pandangan mengenai masa depan komunikasi kesehatan ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui manfaat mempelajari komunikasi kesehatan;
2.
Mengetahui bagaimana perhatian dunia terhadap masalah kesehatan;
3.
Mengetahui definisi, cakupan, tujuan dan manfaat komunikasi kesehatan;
4.
Melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesehatan.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Mengapa
Kita Mempelajari Komunikasi Kesehatan
Jika
kita bicara mengenai komunikasi kesehatan, kita mau tidak mau harus
mengaitkannya dengan konsep kesehatan masyarakat, terutama bahasan tentang
informasi kesehatan atau promosi kesehatan. Dua isu terakhir ini, secara
historis, berkaitan dengan pelbagai gerakan kesehatan dalam masyarakat.
Armstrong (1983) mengemukakan, ada empat bentuk gerakan kesehatan masyarakat
yang terjadi antara tahun 1930-1991:
1. Gerakan Karantina, adalah gerakan untuk
melokalisir para penderita penyakit menukar ke suatu tempat tertentu atau
tempat tertutup yang terpisah dari penduduk umum agar penyakit tersebut tidak
menular kepada orang lain.
2. Gerakan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
kebersihan, adalah gerakan pendidikan yang bertujuan mengajarkan ilmu
pengetahuan tentang kebersihan kepada masyarakat supaya warga masyarakat lebih
peduli terhadap kebersihan linglkungan yang hasilnya dapat menjauhkan sumber
penyakit atau mencegah tubuh terinfeksi atau tertular penyakit dari luar.
3. Gerakan kesehatan individu, adalah gerakan yang
mendorong setiap individu melakukan pengawasan terhadap kontak antara tubuh di
tempat-tempat umum seperti di sekolah, asrama, pasar, pelabuhan, bahkan di rumah
sakit. Gerakan ini umumnya dipelopori oleh pemerintah melalui regulasi mengenai
perlindungan kesehatan individu dari waktu ke waktu.
4. Gerakan memperkenalkan konsep baru kesehatan
masyarakat, adalah gerakan untuk memperkenalkan konsep-konsep baru da;am bidang
kesehatan masyarakat , antara lain dengan mengadopsi gerakan karantina dan
kebersihan lingkungan yang semula hanya ditujukan kepada individu, misalnya
dengan memperluas agenda kerja maupun ke sasaran masyarakat umum. Gerakan yang
muncul di awal abad 19 itu merupakan gerakan masyarakat Barat untuk mencegah
radiasi, pencemaran air, lingkungan kerja, dan lain-lain. Gerakan ini berkaitan
dengan politik hijau, kesehatan kota, dll, yang tertuang dalam konsep Health
For All 2000 [Barbara Griffin, November 1998].
Belajar
dari gerakan-gerakan tersebut, kata Armstrong, para ahli kesehatan maupun para
ahli ilmu social menyadari bahwa masalah kesehatan dan masalah penyakit, dan
bahkan definisi tentang sakit, yang dialami manusia tidak semata-mata bersumber
dari kelalaian individual, kelalaian keluarga, kelalaian kelompok atau
komunitas, bahkan kelalaian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan individual.
Kata dia, pelbagai studi sosial terhadap kesehatan malah melaporkan bahwa
kebanyakan penyakit yang diderita individu maupun “penyakit” masyarakat pada
umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas pelbagai informasi
kesehatan yang mereka akses. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan arus
informasi kesehatan yang dikirimkan dan diterima oleh manusia.
2.2 Perhatian
Dunia Terhadap Masalah Kesehatan
1.
Kesepakatan Mengenai Layanan Kesehatan Primer
Perhatian
dunia terhadap tanggungjawab semua untuk kesehatan masyarakat telah digariskan
dalam pelbagai perjanjian, kesepakatan, atau apapun namanya oleh masyarakat
dunia yang sadar bahwa kita semua bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat.
Sebagai
contoh, pada tahun 1978 di Alma Alta, seluruh Negara anggota WHO membuat
kesepakatan mengenai pelayanan kesehatan primer yang mencakup 8 unsur pokok
bidang kesehatan, yakni penyuluhan kesehatan, gizi, sanitasi dasar dan air
bersih, KIA, imunisas terhadap 6 penyakit utama yaitu BCG, difteria, pertusis,
tetanus, polio dan campak, pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik,
pengobatan penyakit yang umum dijumpai, dan tersedianya obat esensial.
2.
Konferensi Ottawa
Konferensi
yang sama dengan yang pernah dilakukan di Alma Alta itu kemudian berlangsung
pula di Ottawa, Kanada. Konferensi Ottawa juga menghasilkan Ottawa Charter for
Health Promotion-Health Promotion 1986 yang antara lain menganjurkan pemberian
peluang bagi usaha peningkatkan pengawasan dan pembaharuan kesehatan masyarakat
melalui:
1.
Membangun kemampuan personal, yakni kemampuan diri sendiri untuk menangani
kesehatan individu.
2.
Menciptakan dukungan dari lingkungan, yakni penciptaan dukungan dari lingkungan
masyarakat yang secara aktif terlibat dalam menangani kesehatan individual,
komunitas, dam masyarakat seluruhnya.
3.
Reorientasi layanan kesehatan, yakni mengadakan reorientasi atau peninjauan kembali pelbagai program dan
aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
4.
Membangun mediasi dan advokasi, yakni membangun pelbagai kekuatan dalam
masyarakat untuk melakukan mediasi dan advokasi kesehatan kepada individu,
program kesehatan yang melibatkan partisipasi komunitas dan lingkungan.
5.
Memperkuat aksi dan peran komunitas.
3. Deklarasi
Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21
Konferensi
internasional ke-4 tentang Promosi Kesehatan yang berlangsung di Jakarta
bertemakan: New Players for a New Era: Leading Health Promotion into the 21st
Century, berbicara kritis mengenai strategi internasional dalam pelayanan
kesehatan, khususnya promosi kesehatan. Para peserta konferensi Jakarta yang
adalah anggota WHO bahkan menyadari bahwa setelah 20 tahun terbentuknya WHO,
bahkan setelah konferensi di Alma Atta dan Otawa, para anggotanya belum optimal
mewujudkan tekad bersama untuk mengembangkan komitmen mereka terhadap strategi
global Health for All, dan prinsip utama pemeliharaan kesehatan berdasarkan landasan
pemikiran Alma-Alta Declaration: Oleh karena itu, konferensi internasional yang
berlangsung di Jakarta yang diikuti oleh anggota WHO, terutama dari pelbagai
negara berkembang itu, membicarakan satu tema baru yakni, promosi kesehatan.
Promosi
Kesehatan Merupakan Modal yang bernilai
Konferensi
Jakarta menegaskan kembali bahwa kesehatan adalah dasar dari HAM dan esensi
bagi pengembangan social dan ekonomi manusia. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas kesehatan harus didukung oleh promosi kesehatan, dan hanya dengan ini
kita dapat terlibat dalam pembangunan kesehatan bagi semua. Melalui
keterlibatan semua pihak dalam promosi kesehatan maka semua orang berpeluang
untuk aktif dalam meningkatkan pengawasan dan pembaharuan kesehatan bagi semua.
Disadari
sepenuhnya bahwa partisipasi semua dalam promosi kesehatan merupakan modal dari
setiap aksi, tindakan, yang sangat menentukan usaha kita semua dalam
menciptakan kesehatan bagi melayani manusia, dan menyumbangkan kontribusi untuk
memgurangi ketidakseimbangan layanan kesehatan yang selama ini dialami oleh
masyarakat. Tujuan utama dari komitmen melakukan promosi kesehatan adalah
sekurang-kurangnya dapat mengurangi kesenjangan informasi kesehatan yang
diperoleh masyarakat dari pelbagai negara berkembang sendiri maupun antara
negara berkembang dengan negara maju di dunia. Komitmen terbesar yang
dihasilkan oleh Deklaarsi Jakarta adalah mengemukakan visi dan misi baru
tentang promosi kesehatan untuk menghadapi abad 21.
Keterbatasan
Kesehatan, Tantangan Baru
Konferensi
Jakarta mengakui bahwa masyarakat dunia menginginkan perdamaian, perumahan,
pendidikan, keamanan sosial, relasi social, makanan, pendapatan, pemberdayaan
perempuan, stabilitas ekosistem, penggunaan sumber daya berkelanjutan, keadilan
social, respek terhadap HAM namun yang berada di bawah dasar dari semua
keinginan itu adalah kemiskinan sebagai ancaman terbesar dari kesehatan umat
manusia.
Diakui
pula bahwa perkembangan penduduk menghadapi abad 21 mengalami perubahan yang
mengkuatirkan, tidak saja karena pertumbuhan penduduk dunia secara kuantitatif,
tetapi terjadi beberapa kecendurungan kuat seperti makin tingginya arus
perpindahan penduduk antarruang geografis di dunia seperti imigrasi,
transmigrasi dan urbanisasi. Perpindahan penduduk itu bukan sekadar suatu
masalah sosial tetapi juga masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh perilaku
perpindahan penduduk itu sendiri, antara lain perdagangan obat-obatan
terlarang, perdagangan tembakau dan minuman berkadar alkohol tinggi,
meningkatnya kekerasan, penularan penyakit seperti AIDS, PMS, dll. Tanpa
disadari, selain perpindahan penduduk maka terjadi pula perpindahan informasi
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial-kesehatan dari penduduk dunia.
Promosi
Kesehatan Harus Buat Sesuatu yang Berbeda
Para
peserta konferensi Jakarta sepakat bahwa dari pelbagai laporan peserta yang
dating dari seluruh dunia terbukti kalau perhatian kita masih rendah dalam
promosi kesehatan. Artinya, kita perlu mengubah konsep promosi kesehatan,
mengubah strategi promosi dengan pendekatan praktis yang relevan bagi mencapai
kesetaraan kesehatan manusia, yakni melalui:
1.
Pendekatan komprehensif terhadap pembangunan kesehatan yang efektif. Siapa yang
menggunakan 5 strategi promosi kesehatan Ottawa, jauh lebih efektif daripada
hanya memilih menggunakan satu strategi saja.
2.
Strategi promosi hendaklah diarahkan ke semua tempat yang meliputi: kota-kota
besar, pulau, kota sedang dan kecil, warga kota di semua kota, komunitas lokal,
tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja dan pasar.
4.
Partisipasi semua pihak agar kita dapat bersama-sama mendorong semua orang
menjadikan dirinya sendiri atau kelompok dan komunitasnya menjadi pusat dari
aksi promosi kesehatan yang pada gilirannya setiap pihak dapat mengambil
keputusan sendiri berkaitan dengan kesehatan.
5.
Belajar berpartisipasi agar kita bersama-sama dapat mengakses informasi
kesehatan yang bermanfaat bagi pengetahuan dan pendidikan demi memperkuat semua
orang dalam masyarakat.
Kita
Butuh Respons Baru
Kita
butuh respons baru! Itulah harapan dari Deklarasi Jakarta. Respons baru memang
dibutuhkan karena pelbagai jenis tantangan social dan kesehatan di tahun-tahun
mendatang makin cepat dan bahkan tak terduga. Tantangan itu juga malah makin
kuat sehingga tidak dapat dilawan sendiri kecuali kalau ada kerjasama. Promosi
kesehatan harus menjai bagian dari kerja individu, keluarga, lingkungan, swasta
dan pemerintah.
Prioritas
Promosi Kesehatan dalam Abad 21
1.
Mempromosikan tanggungjawab sosial bagi kesehatan. Para pengambil keputusan
agar ertama dan terutama meningkatkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial.
Baik sektor public maupun sektor swasta harus mempromosikan kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan
praktik yang meliputi:
a. Menghindari
semua bentuk tindakan yang dapat mengancam kesehatan orang lain
b. Melindungi
lingkungan agar menjadi sumber daya kehidupan yang berkelanjutan
c. Membatasi
produk barang dan jasa yang mengancam kesehatan manusia, seperti tembakau,
alkohol, alat-alat perang, yang secara praktis pula dapat menghasilkan persaingan
pasar yang tidak sehat.
d. Memelihara
kesehatan warga di lingkungan mereka masing-masing terutama di tempat-tempat
umum seperti pasar dan di tempat kerja.
e. Memperbaiki
resiko komunikasi sebagai satu dampak tafsir yang tak benar terhadap informasi
kesehatan yang dapat mendatangkan malapetaka bagi kesehatan manusia.
2.
Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan
Di
banyak negara, modal untuk membiayai kesehatan masyarakat terasa tidak seimbang
sehingga acapkali tidak efektif melayani kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
diperlukan usaha untuk meningkatkan modal bagi pembangunan kesehatan melalui
pendekatan multisektoral. Jadi, dibutuhkan reorientasi kembali kerjasama
antarnegara untuk mengumpulkan modal bagi perluasan pembangunan kesehatan,
kualitas kesehatan bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia, terutama bagi
pemenuhan kebutuhan kelompok-kelompok seperti perempuan, anak-anak, penduduk
asli yang diasingkan, orang miskin dan penduduk marginal.
3.
Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan
Promosi
kesehatan membutuhkan mitra kerja antara semua sektor, antara semua level
pemerintah dan masyarakat. Kemitraan membutuhkan kekuatan dan potensi baru
sehingga mengatur apa yang harus dicari dan dikerjakan. Kemitraan harus
mengatasi masalah di samping memberikan keuntungan mutual bagi kesehatan
melalui sharring keahlian, ketrampilan, dan sumber daya. Setiap mitra harus
transparan dan akuntabel, saling bersetuju berdasarkan etik, saling memahamim,
sesuai petunjuk WHO.
4.
Meningkatkan kapasitas komunitas dan memperkuat individu
Dalam
rangka meningkatkan kapasitas komunikasi demi memperkuat individu maka promosi
kesehatan harus dapat mengubah pola promosi, yakni dalam komunikasi kita
mengubah, berkomunikasi DENGAN dan bukan berkomunikasi KEPADA. Perubahan arah
promosi seperti ini akan dapat membangkitkan kemampuan individu dalam aksi,
kapasitas kelompok, organisasi atau komunitas untuk bekerja dengan keterbatasan
yang dimiliki demi kesehatan. Dalam rangka ini perlu pembaharuan kapasitas
komunitas bagi promosi kesehatan melalui pendidikan praktis, pelatihan
kepemimimpinan, dan memberikan kepada semua orang peluang untuk mengakses semua
sumber daya yang pada gilirannya membuat individu, keluarga dan komunitas
maupun masyarakat dapat membuat keputusan sendiri dalam bidang kesehatan.
5.
Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan
Melindungi
semua infrastruktur bagi promosi kesehatan, termasuk mekanisme untuk
mempertemukan infrastruktur moral antara semua sektor local, nasional, global.
Termasuk memberikan insentif kepada aksi-aksi promosi kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah, LSM, institusi pendidikan, lembaga swasta; misalnya melalui
terbentuknya jaringan kerja baru, kolaborasi antarsektor, pertukaran sarana dan
preasarana, pertukaran keahlian dan ilmu pengetahuan, pertukaran informasi
kesehatan demi promosi kesehatan.
4.
Pengaruh bagi Keprihatinan Bangsa Indonesia
Perhatian
masyarakat dunia sebagaimana ditunjukan dari pelbagai konferensi berskala dunia
maupun yang kemudian diikuti oleh pertemuan-pertemuan regional dan nasional,
terhadap kesehatan masyarakat itu mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia
untuk terus berbenah diri dalam bidang pelayanan terhadap kesehatan masyarakat.
Fakta
menunjukkan bahwa hambatan dalam penanganan kesehatan di tanah air kita tidak
luput fari masalah sebagai berikut.
1. Masalah
demografi, yakni jumlah penduduk yang terlalu banyak tetapi dengan mutu
pendidikan yang kurang, penyebaran penduduk yang 60% terpusat di pulau Jawa,
komposisi penduduk yang umumnya terdiri atas golongan usia muda yang masih
konsumtif, tingkat perkembangan penduduk byang masih lebih dari 2 % dan adanya
arus urbanisasi.
2. Keadaan
geografis, Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau jelas merupakan hambatan
untuk sarana komunikasi yang murah dan cepat. Penyebaran informasi, obat dan
vaksin dari suatu pulau ke pulau lainnya akan mmemerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan transportasi melalui sarana darat.
3. Keadaan
social, ekonomi dan budaya, yakni lebih sering merupakan hambatan terhadap
keberhasilan upaya kesehatan. Kebiasaan atau perilaku masyarakat tradisional
yang kurang menunjang bahkan merugikan, daya beli yang kurang, tingkat
pendidikan yang rendah, atau tingkat pengangguran yang masih tinggi, itu semua
merupakan sebagian contoh hambatan di bidang social, ekonomi dan budaya.
Demi
menjawab tantangan kesehatan masyarakat dunia sebagaimana diuraikan di atas,
maka sejak tahun 1982 pemerintah telah menyusun suatu tatanan atau program
menyeluruh untuk bidang kesehatan, yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan
Nasional (SKN). Sistem ini merupakan sub sistem dari suatu sistem pembangunan
nasional yang sifatnya menyeluruh. Dengan tidak seimbangnya biaya bidang
kesehatan yang tersedia dibandingkan dengan banyaknya masalah yang harus diatasi,
maka dalam SKN dicantumkan penentuan
prioritas serta perlunya peranan masyarakat dan pihak swasta.
Tujuan
dan sasaran SKN mencakup peningkatan kemampuan masyarakat, yaitu menolong diri
sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan yang sering dijumpai sehari0hariu,
peningkatan mutu lingkungan hidup, peningkatan status gizi masyarakat,
pengurangan kejadian morbiditas dan mortalitas serta pengembangan keluarga
sejahtera.
Di
samping itu, disusun pula pelbagai indikator dasar yang berkaitan erat dengan
kesehatan. Contoh, untuk kesehatan anak kita menggunakan indikator angka
kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKB5), gross national product (GNP)
per kapita, umur harapan hidup, dan tingkat melek huruf/pendidikan khususnya
golongan perempuan. Demikian pula sekaligus meningkatkan tugas dan fungsi
sarana dan prasarana kesehatan seperti Puskesmas dan beberapa di antarannya
juga telah menjadi fungsi Posyandu bagi pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat.
Pertanyaannya,
apakah masalah seperti ini hanya merupakan tanggung jawab para dokter yang
berhubungan dengan masalah kesehatan klinik semata? Jawabnya, tanggungjawab
kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab kita semua. Ungkapan terakhir ini
mengingatkan kita bahwa sebenarnya kejadian atau timbulnya suatu penyakit
dipengaruhi oleh tiga faktor penentu, yakni faktor genetik, lingkungan
(biopsikososial) dan perilaku individu sendiri. Ketiga jenis faktor tersebut
dapat bekerjasama secara tersendiri atau masing-masing saling berpengaruh.
Faktor penentu ini berlainan bagi tiap individu, keluarga, daerah atau negara.
Di Indonesia, misalnya, karena faktor lingkungan kurang menunjang, tingkat
pendidikan rendah, kesadaran terhadap kesehatan masih kurang, maka akan
dijumpai banyak penyakit infeksi parasit, penyakit kulit, atau penyakit kurang
gizi.
Sadar
akan tanggung jawab bersama dalam bidang kesehatan itu maka kita sepakat jika
secara sosial dalam garis besarnya masalah kesehatan itu dapat dibagi dalam
tiga kategori berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:
1. Masalah
yang khusus bersifat medis, umumnya mengenai kasus di klinik atau rumah sakit,
kasus ini murni menjadi tanggungjawab dokter.
2. Masalah
yang menjadi tanggungjawab pemerintah, misalnya tanggungjawab Departemen
Kesehatan yang menangani tanggungjawab kesehatan masyarakat.
3. Masalah
yang bukan menjadi tanggungjawab dokter maupun pemerintah, misalnya
tanggungjawab masyarakat terhadap kesehatan.
2.3
Definisi Komunikasi Kesehatan
Definisi
komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara
“komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan
pada kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi
kultural, komunikasi gender, dll)
Berikut
ini dikemukakan beberapa definisi komunikasi ksesehatan. Komunikasi kesehatan
adalah:
1. Studi
yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan
komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolahan kesehatan.
2. Studi
yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian
dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
3. Kegunaan
teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk mempengaruhi
individu organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi
yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan
lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara
professional kesehatan dengan peran pasien di klinik, self-help groups, mailings,
hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan peristiwa.
4. Pendidikan
kesehatan, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada usaha mengubah perilaku
kesehatan audiens (skala makro) agar mereka mempunyai kepekaan terhadap masalah
kesehatan tertentu yang sudah didefinisikan dalam satuan waktu tertentu (Elayne
Clift & Vicki Freimuth, 1995).
5. Proses
untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan
maksud memengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka, tentang pilihan
perilaku hidup sehat.
6. Seni
dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud memengaruhi dan
memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai
peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur
perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang
pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan,
regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan
membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan
mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication Partnership’s M/MC Health Communication Materials
Database, 2004).
7. Proses
kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya
ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai
kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan
penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi
membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C., 1994).
8. Komunikasi
yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsensus,
menngidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat
dilakukan secara efektif. Melalui proses dialog tersebut maka informasi
kesehatan yang di pertukarkan antara dua puhak itu bertujuan membangun
pengertian bersama demi penciptaan pengetahuan baru yang dapat diwariskan
bersama. Jadi, dasar dari persetujuan adalah aksi dan kerja sama (Smith, W.A.
and Hornik, R, 1999; US Department of Health and Human Services 2000; Clift, E.
and Freinmuth, 1995; dan Ratzan, S.C. ed. 1994).
Dari beberapa definisi komunikasi
kesehatan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan meliputi
unsure-unsur :
1. Proses
komunikasi manusia (human communication) demi mengatasi masalah kesehatan.
2. Komunikasi
yang sama dengan komunikasi pada umumnya, yaitu ada komunikator kesehatan,
kominukan, pesan, media, efek, konteks komunikan kesehatan.
3. Beroperasi
pada level atau konteks kominukasi seperti komunikasi antar-personal, kelompok,
organisasi, publik dam komunikasi massa.
4. Belajar
memanfaatkan strategi komunikasi.
5. Belajar
tentang peranan teori komunikasi dalam penelitian dan praktik yang berkaitan
dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
6. Penyebarluasan
informasi tentang kesehatan.
7. Keterpengaruhan
dari individu dan komunitas dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
kesehatan.
8. Pemanfaatan
media dan teknologi komunikasi dan teknologi informasi dalam penyebarluasan
informasi kesehatan.
9. Pengubahan
kondisi yang kondusif yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan
lingkungan.
10. Variasi
interaksi dalam kerja kesehatan misalnya komunikasi dengan pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan
peristiwa.
11. Pendidikan
kesehatan.
12. Pendekatan
yang menekankan usaha mengubah perilaku audiens agar mere tanggap terhadap
masalah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
13. Seni
dan teknik untuk menyebarluaskan informasi.
14. Proses
kemitraan dengan partisipan berdasarkan dialog dua arah.
2.4 Cakupan
Komunikasi Kesehatan
Banyak
sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun, semua
model teoretik maupun praksis itu meliputi:
1.
Komunikasi persuasif atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku
kesehatan.
2.
Faktor-faktor psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap
kesehatan:
a. Stimulus
(objekpersepsi) > sense organ dan pemaknaan stimulasi (respons);
b. Bagaimana
mengorganisir stimulus > berdasarkan aturan, schemata dan label;
c. Interpretasi
dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dll;
d. Memory;
dan
e. Recall.
3.
Pendidikan kesehatan (health education), yang bertujuan memperkenalkan perilaku
hidup sehat melalui informasi dan pendidikan kepada individu dengan menggunakan
aktivitas material maupun terstruktur.
Cakupan
pendidikan kesehatan meliputi;
a.
Jenis pendidikan profesional di bidang kesehatan (kurikulum dll).
b.
Penjenjangan pendidikan profesi.
c.
Pelatihan profesional (jenis ,jenjang dan kurikulum).
d.
Pendidikan masyarakat (informasi)
e.
SDM pendidik.
4.
Pemasaran sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku
positif melalui penerapan prinsip-prinsip pemasaran dengan mengintervensi
informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas.
5.
Penyebarluasan informasi kesehatan; melalui media (sosialisasi informasi,
pendidikan,hiburan,opini,pemberitaaan,dll)
6.
Advokasi, pendampingan melalui komunitas, kelompok, atau media massa yang
bertujuan untuk memperkenalkan:
a.
kebijaksaan.
b.
peraturan.
c.
program-program untuk memperbaharui kesehatan.
7.
Resiko komunikasi, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar
mengenai resiko yang dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai
kesehatan, dan mengusulkan cara-cara untuk mengatasi kesalahan informasi.
8.
Komunikasi dengan pasien-meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya
informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu, bagaimana
memaksimalkan perawatan, pemberian terapi, atau penyampian pendekatan
alternative, termasuk dalam tema ini adalah bagaimana melayani pasien secara
komunikatif.
9.Informasi
kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang ditunjukan
kepada para individu-konsumen demi membantu individu untuk memahami kesehatan
individu, bagaimana individu membuat keputusan yang berkaitan dengan kesehatan
individu, kesehatan keluarga, misalnya berhubungan dengan penyedia jasa
kesehatan asuransi kesehatan, atau aspek pemeliharaan kesehatan jangka panjang.
10.
Merancang health entertain atau hiburan yang didalamnya mengandung informasi
kesehatan, yang meliputi pilihan jenis hiburan yang dijadikan sebagai event
untuk mengomunikasikan tema-tema mengenai kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat.
11.
Komunikasi kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan
melalui media interaktif sehingga terjadinya dialog dan diskusi antara sumber
dengan penerima melalui media massa.
12.
Strategi komunikasi, yang meliputi desain pilihan:
a.
Komunikator kesehatan
b.
Pesan-pesan kesehatan
c.
Media kesehatan
d.
Komunikan kesehatan (audiens-sasaran komunikasi)
e.
Mereduksi hambatan komunikasi
f.
Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan dll.
2.5 Tujuan
Komunikasi Kesehatan
1.Tujuan
Strategis
Pada
umumnya, program-program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang
dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul itu dapat berfungsi untuk:
1. Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).
1. Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).
2.
Enable informed decision making – memberikan informasi akurat untuk memungkinkan
pengambilan keputusan.
3.
Promote healthy behavior – informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup
sehat.
4. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.
4. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.
5.
Promote self-care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.
6.
Manage demand for health servics – memenuhi permintaan layanan kesehatan.
2.
Tujuan Praktis
Menurut
Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington, D. C. Courses Process
Communication Model, 2003), sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi
kesehatan itu meningkatkan kualitas sumbr daya manusia melalui beberapa usaha
pendidikan dan pelatihan agar dapat :
1.
Meningkatkan pengetahuan – yang mencakup :
a.
Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
b.
Menjadi komunikator – yang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan
lain-lain.
c.
Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan.
d.
Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
e.
Menentukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
f.
Mengelola umpan-baik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan kehendak
komunikator dan komunikan.
g.
Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
h.
Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
i.
Prinsip-prinsip riset.
2.
Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi efektif.
Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi dan lain-lain.
Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi dan lain-lain.
3.
Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi.
a.
Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
b.
Berkomunikasi dengan kepercayaan diri
c.
Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
d.
Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan.
e.
Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.
2.6 Konteks
Komunikasi
1.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi
yang berlangsung sebagai komunikasi tarpribadi (inter-personal communication)
yakni komunikasi yang dilakukan oleh 2 dan 3 orang dengan jarak fisik antara
mereka yang sangat dekat , bertatap muka atau bermedia dengan sifat umpan baik yang berlangsung cepat adaptasi
pesan bersifat khusus , serta memiliki tujuan/maksud komunikasi tidak
berstruktur .
2.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi
dalam konteks kelompok merupakan komunikasi yang terjadi di antara sejumlah
orang (kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang , kelompok besar 20 -50 orang
) , umpan balik pesan berlangsung cepat , adaptasi pesan bersifat khusus ,
tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur.
3.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi
kesehatan dapat pula beroperasi dalam konteks organisasi baik organisasi
kesehatan seperti puskesmas pembantu , puskesmas , klinik-klinik , rumah sakit
, atau organisasi profesi kesehatan , misalnya IDI , IBI ,bahkan organisasi
yang berorientasi pada layanan dan bisnis dalam bidang kesehatan (perusahaan
farmasi sampai ke perusahaan produksi alat-alat kesehatan) . Melalui organisasi
tersebut beragam informasi tentang kesehatan dapat disebarluaskan kepada
individu , komunitas atau kelompok-kelompok sasaran .
4. Komunikasi
Publik
Aktivitas
komunikasi juga beroperasi dalam konteks komunikasi publik . Kini informasi
kesehatan dapat diperoleh melalui aktivitas komunikasi publik . Sebagai contoh
, mahasiswa FKM dapat menyebarluaskan
informasi (Pengetahuan , pencegahan ) yang bersumber dari isu “demam berdarah”
atau “PMS” Di kota kupang melalui forum-forum yang telah di siapkan secara
berstruktur . Melalui kegiatan lokakarya , seminar , simposium , pendidikan dan
pelatihan yang berskala praktis hingga ke penentuan kebijakan sampai informasi
keilmuan dapat dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan , LSM , Lembaga Agama , Perusahaan Obat , dan lain-lain .
5. Komunikasi
Massa
Harus
diakui bahwa kini nyaris tak ada aktivitas manusia termasuk penyebarluasan
informasi kesehatanyang tidak ditopang oleh jasa media massa . Perhatikan
bagaimana para pengusaha obat , makanan dan minuman berlomba-lomba memanfaatkan
media massa seperti radio , televisi , surat kabar , majalah , folder
, pamlet , leaflet untuk menyebarluaskan informasi tentang kesehatan .
2.7
Masa Depan Komunikasi Kesehatan
Kini dengan kemajuan teknologi komunikasi maka lahir
teknologi multimedia yang mengakibatkan semakin cepat menyebarnya informasi,
termasuk informasi, termasuk informasi kesehatan. Sebagai contoh, kini
berkembang health e communication dimana
komunikasi tentang kesehatan dapat diakses dan disebarluaskan melaluli WWW,
wordwebwide. Sebagai contoh :
1. Health e Communication adalah
suatu jaringan elektronik (internet) yang dibangun oleh Health Communication partnership
(HCP) dan The Communication
Initiative. Jaringan ini berbasis untuk melayani dan mengomentari kelompok
luas berjaringan world wide group para
praktisi komunikasi kesehatan yang berminat untuk memberikan masukan penting
dalam tahap komunikasi kesehatan. HCP didukung oleh agensi AS termasuk Johns Hopkins
Bloomberg School of Public Health/Center for Communication Programs dan The
International HIV/AIDS Alliance and Tulane University’s School of Public Health
and Tropical Medicine.
2. Jaringan
HCP yang berkaitan dengan lima institusi itu bersama-sama menangani tujuan
memperkuat kesehatan masyarakat melalui strategi komunikasi, HCP dan mitra
kerjanya bekerja untuk menciptakan lingkungan pendukung individual, keluarga
dan komunitas untuk bertindak secara posotif bagi kesehatan mereka dan
memberikan advokasi agar mereka dapat mengakses layanan informasi yang
berkualitas.
3. The Communication
Initiative (The CI) adalah mitra untuk
mengembangkan organisasi yang bertujuan untuk mendukung perluasan bagi
efektivitas dan intervensi skala komunikasi bagi pengembangan internasional
yang positif. Ini merupakan strategi kombinasi dari menyediakan informasi pada
waktu yang tepat dan mengembangkan kominkasi dan cara berpikir, memfasilitasi
antara orang yang membutuhkan pengembangan isu dan masalah kesehatan.
4. Kemajuan
teknologi ternyata telah membawa akibat hadirnya saluran yang unik dimana
komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Inter-active Health Communication (IHC) adalah area yang kini
tumbuh sangat luas. IHC dapat diartikan sebagai Science panel on Interactive Communication and Health, atau sebagai
interaksi antara individu-konsumen,pasien,pelayan kesehatan,atau
profesional-dengan teknologi komunikasi sebagai pembagi atau pengalih informasi
untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berkaitan dengan isu kesehatan.
5. Beberapa
aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut
belum termasuk aplikasi modul atau teknologi infrastruktur pembagi informasi
kesehatan seperti :
a. Jaringan informasi kesehatan melalui internet
> health web sites;
b. Kelompok diskusi kesehatan > online chat groups;
c. Kelompok pengakses berita layanan kesehatan >
listservs and news groups;
d. Warnet > stand-online
kiosks, dan;
e. Aplikasi CD-ROM kesehatan dll.
Program
komunikasi kesehatan disponsori oleh sejumlah fitur penting (prevention
1989-90, Federal Programs and Progress,pp.3-7)yang:
1).
Berbasis pada konsensus keilmuan dan dihubungkan dengan faktor terhadap satu
atau lebih masalah kesehatan dalam penduduk yang beresiko tinggi pula;
2).
Diambil dari variasi perencanaan jaringan kerja;
3).
Difokuskan pada hasil antara yang dapat diterima dan dimudifikasi sebagai
program yang sudah matang;
4).
Menggunakan varasi sistem dan jaringan diseminasi informasi;
5).
Menggunakan saluran ganda, termasuk media sebagaimana untuk aktivitas
pencegahan implementasi dalam suatu kampanye.
6. Health
e Communication melayani sumber informasi untuk para praktisi komunikasi
kesehatan yang dirancang dalam suatu perencanaan, studi kasus, model
perencanaan, penelitian dan evaluasi dokumentasi, adalah proses yang bertanya
kepada orang mengenai:
a.
Subni the resources they find most useful
b.
Assess the resources others have submitted
c.
Share ideas on what works and why
d.
Generate an evolving collective perspective around resoures, approaches, and
trends in Health Communication
7. Kini berkembang luas peluang untuk aplikasi
komunikasi kesehatan yang meliputi:
a.
Telehealth-adalah aplikasi
telekomunikasi dan teknologi komputer untuk memperluas spectrum informasi
mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan.
b.
Interactive health communication-adalah
interaksi antara individu dengan konsumen,pasien,pemberi layanan kesehatan,
atau professional dengan menggunakan bantuan teknologi komunikasi sebagai alat
pembagi informasi atau menyediakan peralatan agar semua orang dapat mengakses
atau mengalihkan informasi kesehatan atau memberikan bimbingan mengenai isu-isu
kesehatan.
c.
Consumer health informatis-
interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada konsumen.
d.
Telemedicine-aplikasi telekomunikasi
dan teknologi computer yang secara khusus melayani klinik.
Media-media
baru yang sama-sama digunakan di atas semuanya berpusat pada computer dengan
melibatkan peranan radio dan televis, kios, warung internet, video,online services, video conferencing, CD-ROM/DVD,
video games, dan berbagai format
layanan lainnya.
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi keilmuan komunikasi kesehatan terinspirasi
oleh empat bentuk gerakan yang dikemukakan oleh Armstrong (1983). Perhatian
dunia terhadap masalah kesehatan telah disepakati dalam berbagai perjanjian,
kesepakatan konferensi dan deklarasi. Ada banyak definisi dari komunikasi
kesehatan. Salah satu cakupan dalam komunikasi kesehatan ialah komunikasi
persuasive yang merupakan komunikasinyang berdampak pada perubahan perilaku
kesehatan. Strategis dan praktis merupakan bagian dari tujuan komunikasi
kesehatan. Secara garis besar, manfaat dalam mempelajari komunikasi kesehatan
ialah memahami interaksi antara perilaku kesehatan dengan individu. Dengan
adanya kemajuan teknologi, maka berbagai informasi kesehatan mudah diakses,
seperti lewat sarana internet.
3.2 Saran
Tentunya dalam makalah ini, masih
terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat memohon kritik dan
saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu selanjutnya bisa dibuat
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini, bisa berguna dan
bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong,
D. 1933. Political Anatomy of the body:
Medical Knowledge in
Britain in the Twentieth Century. Cambridge: Cambridge University Press.
Atkin,
C and Wallack, L. 1990. Mass
Communication and Public Health.
Newbury
Park, CA: Sage Publications.
Finnegan,
Jr., J. R and Wiswanath, K. 1990. Health
and Communication: Medical
and Public Health Influences on the
Research Agenda.
Hillsdale, NJ:
Lawrence
Erlbaum Associates
Liliweri,
Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi
Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Markum,
A.H.dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.