Rabu, 23 November 2016

Komunikasi Kesehatan



KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga terciptalah sebuah  makalah yang berjudul "Pengertian Komunikasi Kesehatan”. Maksud dan tujuan  dalam pembuatan makalah  ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesehatan.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar harapan untuk bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari siapapun yang membaca makalah ini demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Terima Kasih.
                                                                                                                                   

Manado,   November  2016

      


DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................    i
Daftar Isi .......................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................    1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................    1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................    3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................    3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................    4
2.1 Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi Kesehatan ......................    4
2.2 Perhatian Dunia Terhadap Masalah Kesehatan .............................    5
2.3 Definisi Komunikasi Kesehatan ....................................................    13
2.4 Cakupan Komunikasi Kesehatan ...................................................    16
2.5 Tujuan Komunikasi Kesehatan ......................................................    18
2.6 Konteks Komunikasi .....................................................................    20
2.7 Masa Depan Komunikasi Kesehatan .............................................    21
BAB III PENUTUP .....................................................................................    25
3.1 Kesimpulan ....................................................................................    25
3.2 Saran ..............................................................................................    25
Daftar Pustaka ..............................................................................................    26


BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam  kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).
Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya. Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untük mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi :
Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitamya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dan pengalamannya, maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat Sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian di sini bukan saja terletak pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir, gempa bumi dan musim yang mempengaruhi perilaku manusia, tetapi juga lingkungan masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini diperlukan penyesuaian, agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis. 
Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah difungsikan untuk mendidik warga negara Bagaimana media massa menyalurkan hati nurani khalayaknya, dan bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuatnya untuk mengayomi kepentingan anggota masyarakat yang dilayaninya.      
Ketiga fungsi tersebut menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Profesor David K. Berlo dari Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dan interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byrnes, 1965). Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, pramuniaga dan lain sebagainya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran..
Iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Secara garis besar iklan dibagi menjadi dua, yang pertama iklan komersil yaitu iklan yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa. Yang kedua iklan non komersil yaitu bagian dari kampanye sosial dengan tujuan mengajak, menghimbau atau menyampaikan gagasan demi kepentingan umum. Iklan non nkomersil lebih dikenal dengan iklan layanan masyarakat.


1.2  Rumusan Masalah
1. Mengapa kita mempelajari komunikasi kesehatan ?
2. Bagaimana perhatian dunia terhadap masalah kesehatan ?
3. Apa saja definisi dari komunikasi kesehatan ?
4. Apa saja cakupan mengenai komunikasi kesehatan ?
5. Apa saja tujuan komunikasi kesehtaan ?
6. Apa manfaat dalam mempelajari komunikasi kesehatan ?
7. Bagaimana pandangan mengenai masa depan komunikasi kesehatan ?


1.3  Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manfaat mempelajari komunikasi kesehatan;
2. Mengetahui bagaimana perhatian dunia terhadap masalah kesehatan;
3. Mengetahui definisi, cakupan, tujuan dan manfaat komunikasi kesehatan;
4. Melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesehatan.






BAB II PEMBAHASAN

2.1  Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi Kesehatan

Jika kita bicara mengenai komunikasi kesehatan, kita mau tidak mau harus mengaitkannya dengan konsep kesehatan masyarakat, terutama bahasan tentang informasi kesehatan atau promosi kesehatan. Dua isu terakhir ini, secara historis, berkaitan dengan pelbagai gerakan kesehatan dalam masyarakat. Armstrong (1983) mengemukakan, ada empat bentuk gerakan kesehatan masyarakat yang terjadi antara tahun 1930-1991:
1. Gerakan Karantina, adalah gerakan untuk melokalisir para penderita penyakit menukar ke suatu tempat tertentu atau tempat tertutup yang terpisah dari penduduk umum agar penyakit tersebut tidak menular kepada orang lain.
2. Gerakan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan, adalah gerakan pendidikan yang bertujuan mengajarkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan kepada masyarakat supaya warga masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan linglkungan yang hasilnya dapat menjauhkan sumber penyakit atau mencegah tubuh terinfeksi atau tertular penyakit dari luar.
3. Gerakan kesehatan individu, adalah gerakan yang mendorong setiap individu melakukan pengawasan terhadap kontak antara tubuh di tempat-tempat umum seperti di sekolah, asrama, pasar, pelabuhan, bahkan di rumah sakit. Gerakan ini umumnya dipelopori oleh pemerintah melalui regulasi mengenai perlindungan kesehatan individu dari waktu ke waktu.
4. Gerakan memperkenalkan konsep baru kesehatan masyarakat, adalah gerakan untuk memperkenalkan konsep-konsep baru da;am bidang kesehatan masyarakat , antara lain dengan mengadopsi gerakan karantina dan kebersihan lingkungan yang semula hanya ditujukan kepada individu, misalnya dengan memperluas agenda kerja maupun ke sasaran masyarakat umum. Gerakan yang muncul di awal abad 19 itu merupakan gerakan masyarakat Barat untuk mencegah radiasi, pencemaran air, lingkungan kerja, dan lain-lain. Gerakan ini berkaitan dengan politik hijau, kesehatan kota, dll, yang tertuang dalam konsep Health For All 2000 [Barbara Griffin, November 1998].
Belajar dari gerakan-gerakan tersebut, kata Armstrong, para ahli kesehatan maupun para ahli ilmu social menyadari bahwa masalah kesehatan dan masalah penyakit, dan bahkan definisi tentang sakit, yang dialami manusia tidak semata-mata bersumber dari kelalaian individual, kelalaian keluarga, kelalaian kelompok atau komunitas, bahkan kelalaian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan individual. Kata dia, pelbagai studi sosial terhadap kesehatan malah melaporkan bahwa kebanyakan penyakit yang diderita individu maupun “penyakit” masyarakat pada umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas pelbagai informasi kesehatan yang mereka akses. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan arus informasi kesehatan yang dikirimkan dan diterima oleh manusia.

2.2  Perhatian Dunia Terhadap Masalah Kesehatan
1. Kesepakatan Mengenai Layanan Kesehatan Primer
Perhatian dunia terhadap tanggungjawab semua untuk kesehatan masyarakat telah digariskan dalam pelbagai perjanjian, kesepakatan, atau apapun namanya oleh masyarakat dunia yang sadar bahwa kita semua bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat.
Sebagai contoh, pada tahun 1978 di Alma Alta, seluruh Negara anggota WHO membuat kesepakatan mengenai pelayanan kesehatan primer yang mencakup 8 unsur pokok bidang kesehatan, yakni penyuluhan kesehatan, gizi, sanitasi dasar dan air bersih, KIA, imunisas terhadap 6 penyakit utama yaitu BCG, difteria, pertusis, tetanus, polio dan campak, pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik, pengobatan penyakit yang umum dijumpai, dan tersedianya obat esensial.

2. Konferensi Ottawa
Konferensi yang sama dengan yang pernah dilakukan di Alma Alta itu kemudian berlangsung pula di Ottawa, Kanada. Konferensi Ottawa juga menghasilkan Ottawa Charter for Health Promotion-Health Promotion 1986 yang antara lain menganjurkan pemberian peluang bagi usaha peningkatkan pengawasan dan pembaharuan kesehatan masyarakat melalui:
1. Membangun kemampuan personal, yakni kemampuan diri sendiri untuk menangani kesehatan individu.
2. Menciptakan dukungan dari lingkungan, yakni penciptaan dukungan dari lingkungan masyarakat yang secara aktif terlibat dalam menangani kesehatan individual, komunitas, dam masyarakat seluruhnya.
3. Reorientasi layanan kesehatan, yakni mengadakan reorientasi atau  peninjauan kembali pelbagai program dan aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
4. Membangun mediasi dan advokasi, yakni membangun pelbagai kekuatan dalam masyarakat untuk melakukan mediasi dan advokasi kesehatan kepada individu, program kesehatan yang melibatkan partisipasi komunitas dan lingkungan.
5. Memperkuat aksi dan peran komunitas.

3. Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21
Konferensi internasional ke-4 tentang Promosi Kesehatan yang berlangsung di Jakarta bertemakan: New Players for a New Era: Leading Health Promotion into the 21st Century, berbicara kritis mengenai strategi internasional dalam pelayanan kesehatan, khususnya promosi kesehatan. Para peserta konferensi Jakarta yang adalah anggota WHO bahkan menyadari bahwa setelah 20 tahun terbentuknya WHO, bahkan setelah konferensi di Alma Atta dan Otawa, para anggotanya belum optimal mewujudkan tekad bersama untuk mengembangkan komitmen mereka terhadap strategi global Health for All, dan prinsip utama pemeliharaan kesehatan berdasarkan landasan pemikiran Alma-Alta Declaration: Oleh karena itu, konferensi internasional yang berlangsung di Jakarta yang diikuti oleh anggota WHO, terutama dari pelbagai negara berkembang itu, membicarakan satu tema baru yakni, promosi kesehatan.
Promosi Kesehatan Merupakan Modal yang bernilai
Konferensi Jakarta menegaskan kembali bahwa kesehatan adalah dasar dari HAM dan esensi bagi pengembangan social dan ekonomi manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas kesehatan harus didukung oleh promosi kesehatan, dan hanya dengan ini kita dapat terlibat dalam pembangunan kesehatan bagi semua. Melalui keterlibatan semua pihak dalam promosi kesehatan maka semua orang berpeluang untuk aktif dalam meningkatkan pengawasan dan pembaharuan kesehatan bagi semua.
Disadari sepenuhnya bahwa partisipasi semua dalam promosi kesehatan merupakan modal dari setiap aksi, tindakan, yang sangat menentukan usaha kita semua dalam menciptakan kesehatan bagi melayani manusia, dan menyumbangkan kontribusi untuk memgurangi ketidakseimbangan layanan kesehatan yang selama ini dialami oleh masyarakat. Tujuan utama dari komitmen melakukan promosi kesehatan adalah sekurang-kurangnya dapat mengurangi kesenjangan informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat dari pelbagai negara berkembang sendiri maupun antara negara berkembang dengan negara maju di dunia. Komitmen terbesar yang dihasilkan oleh Deklaarsi Jakarta adalah mengemukakan visi dan misi baru tentang promosi kesehatan untuk menghadapi abad 21.
Keterbatasan Kesehatan, Tantangan Baru
Konferensi Jakarta mengakui bahwa masyarakat dunia menginginkan perdamaian, perumahan, pendidikan, keamanan sosial, relasi social, makanan, pendapatan, pemberdayaan perempuan, stabilitas ekosistem, penggunaan sumber daya berkelanjutan, keadilan social, respek terhadap HAM namun yang berada di bawah dasar dari semua keinginan itu adalah kemiskinan sebagai ancaman terbesar dari kesehatan umat manusia.
Diakui pula bahwa perkembangan penduduk menghadapi abad 21 mengalami perubahan yang mengkuatirkan, tidak saja karena pertumbuhan penduduk dunia secara kuantitatif, tetapi terjadi beberapa kecendurungan kuat seperti makin tingginya arus perpindahan penduduk antarruang geografis di dunia seperti imigrasi, transmigrasi dan urbanisasi. Perpindahan penduduk itu bukan sekadar suatu masalah sosial tetapi juga masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh perilaku perpindahan penduduk itu sendiri, antara lain perdagangan obat-obatan terlarang, perdagangan tembakau dan minuman berkadar alkohol tinggi, meningkatnya kekerasan, penularan penyakit seperti AIDS, PMS, dll. Tanpa disadari, selain perpindahan penduduk maka terjadi pula perpindahan informasi yang sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial-kesehatan dari penduduk dunia.
Promosi Kesehatan Harus Buat Sesuatu yang Berbeda
Para peserta konferensi Jakarta sepakat bahwa dari pelbagai laporan peserta yang dating dari seluruh dunia terbukti kalau perhatian kita masih rendah dalam promosi kesehatan. Artinya, kita perlu mengubah konsep promosi kesehatan, mengubah strategi promosi dengan pendekatan praktis yang relevan bagi mencapai kesetaraan kesehatan manusia, yakni melalui:
1. Pendekatan komprehensif terhadap pembangunan kesehatan yang efektif. Siapa yang menggunakan 5 strategi promosi kesehatan Ottawa, jauh lebih efektif daripada hanya memilih menggunakan satu strategi saja.
2. Strategi promosi hendaklah diarahkan ke semua tempat yang meliputi: kota-kota besar, pulau, kota sedang dan kecil, warga kota di semua kota, komunitas lokal, tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja dan pasar.
4. Partisipasi semua pihak agar kita dapat bersama-sama mendorong semua orang menjadikan dirinya sendiri atau kelompok dan komunitasnya menjadi pusat dari aksi promosi kesehatan yang pada gilirannya setiap pihak dapat mengambil keputusan sendiri berkaitan dengan kesehatan.
5. Belajar berpartisipasi agar kita bersama-sama dapat mengakses informasi kesehatan yang bermanfaat bagi pengetahuan dan pendidikan demi memperkuat semua orang dalam masyarakat.
Kita Butuh Respons Baru
Kita butuh respons baru! Itulah harapan dari Deklarasi Jakarta. Respons baru memang dibutuhkan karena pelbagai jenis tantangan social dan kesehatan di tahun-tahun mendatang makin cepat dan bahkan tak terduga. Tantangan itu juga malah makin kuat sehingga tidak dapat dilawan sendiri kecuali kalau ada kerjasama. Promosi kesehatan harus menjai bagian dari kerja individu, keluarga, lingkungan, swasta dan pemerintah.
Prioritas Promosi Kesehatan dalam Abad 21
1. Mempromosikan tanggungjawab sosial bagi kesehatan. Para pengambil keputusan agar ertama dan terutama meningkatkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial. Baik sektor public maupun sektor swasta harus mempromosikan  kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan praktik yang meliputi:
a.       Menghindari semua bentuk tindakan yang dapat mengancam kesehatan orang lain
b.      Melindungi lingkungan agar menjadi sumber daya kehidupan yang berkelanjutan
c.       Membatasi produk barang dan jasa yang mengancam kesehatan manusia, seperti tembakau, alkohol, alat-alat perang, yang secara praktis pula dapat menghasilkan persaingan pasar yang tidak sehat.
d.      Memelihara kesehatan warga di lingkungan mereka masing-masing terutama di tempat-tempat umum seperti pasar dan di tempat kerja.
e.       Memperbaiki resiko komunikasi sebagai satu dampak tafsir yang tak benar terhadap informasi kesehatan yang dapat mendatangkan malapetaka bagi kesehatan manusia.


2. Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan
Di banyak negara, modal untuk membiayai kesehatan masyarakat terasa tidak seimbang sehingga acapkali tidak efektif melayani kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan modal bagi pembangunan kesehatan melalui pendekatan multisektoral. Jadi, dibutuhkan reorientasi kembali kerjasama antarnegara untuk mengumpulkan modal bagi perluasan pembangunan kesehatan, kualitas kesehatan bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia, terutama bagi pemenuhan kebutuhan kelompok-kelompok seperti perempuan, anak-anak, penduduk asli yang diasingkan, orang miskin dan penduduk marginal.
3. Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan
Promosi kesehatan membutuhkan mitra kerja antara semua sektor, antara semua level pemerintah dan masyarakat. Kemitraan membutuhkan kekuatan dan potensi baru sehingga mengatur apa yang harus dicari dan dikerjakan. Kemitraan harus mengatasi masalah di samping memberikan keuntungan mutual bagi kesehatan melalui sharring keahlian, ketrampilan, dan sumber daya. Setiap mitra harus transparan dan akuntabel, saling bersetuju berdasarkan etik, saling memahamim, sesuai petunjuk WHO.
4. Meningkatkan kapasitas komunitas dan memperkuat individu
Dalam rangka meningkatkan kapasitas komunikasi demi memperkuat individu maka promosi kesehatan harus dapat mengubah pola promosi, yakni dalam komunikasi kita mengubah, berkomunikasi DENGAN dan bukan berkomunikasi KEPADA. Perubahan arah promosi seperti ini akan dapat membangkitkan kemampuan individu dalam aksi, kapasitas kelompok, organisasi atau komunitas untuk bekerja dengan keterbatasan yang dimiliki demi kesehatan. Dalam rangka ini perlu pembaharuan kapasitas komunitas bagi promosi kesehatan melalui pendidikan praktis, pelatihan kepemimimpinan, dan memberikan kepada semua orang peluang untuk mengakses semua sumber daya yang pada gilirannya membuat individu, keluarga dan komunitas maupun masyarakat dapat membuat keputusan sendiri dalam bidang kesehatan.


5. Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan
Melindungi semua infrastruktur bagi promosi kesehatan, termasuk mekanisme untuk mempertemukan infrastruktur moral antara semua sektor local, nasional, global. Termasuk memberikan insentif kepada aksi-aksi promosi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, LSM, institusi pendidikan, lembaga swasta; misalnya melalui terbentuknya jaringan kerja baru, kolaborasi antarsektor, pertukaran sarana dan preasarana, pertukaran keahlian dan ilmu pengetahuan, pertukaran informasi kesehatan demi promosi kesehatan.

4. Pengaruh bagi Keprihatinan Bangsa Indonesia
Perhatian masyarakat dunia sebagaimana ditunjukan dari pelbagai konferensi berskala dunia maupun yang kemudian diikuti oleh pertemuan-pertemuan regional dan nasional, terhadap kesehatan masyarakat itu mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk terus berbenah diri dalam bidang pelayanan terhadap kesehatan masyarakat.
Fakta menunjukkan bahwa hambatan dalam penanganan kesehatan di tanah air kita tidak luput fari masalah sebagai berikut.
1.      Masalah demografi, yakni jumlah penduduk yang terlalu banyak tetapi dengan mutu pendidikan yang kurang, penyebaran penduduk yang 60% terpusat di pulau Jawa, komposisi penduduk yang umumnya terdiri atas golongan usia muda yang masih konsumtif, tingkat perkembangan penduduk byang masih lebih dari 2 % dan adanya arus urbanisasi.
2.      Keadaan geografis, Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau jelas merupakan hambatan untuk sarana komunikasi yang murah dan cepat. Penyebaran informasi, obat dan vaksin dari suatu pulau ke pulau lainnya akan mmemerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan transportasi melalui sarana darat.
3.      Keadaan social, ekonomi dan budaya, yakni lebih sering merupakan hambatan terhadap keberhasilan upaya kesehatan. Kebiasaan atau perilaku masyarakat tradisional yang kurang menunjang bahkan merugikan, daya beli yang kurang, tingkat pendidikan yang rendah, atau tingkat pengangguran yang masih tinggi, itu semua merupakan sebagian contoh hambatan di bidang social, ekonomi dan budaya.
Demi menjawab tantangan kesehatan masyarakat dunia sebagaimana diuraikan di atas, maka sejak tahun 1982 pemerintah telah menyusun suatu tatanan atau program menyeluruh untuk bidang kesehatan, yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem ini merupakan sub sistem dari suatu sistem pembangunan nasional yang sifatnya menyeluruh. Dengan tidak seimbangnya biaya bidang kesehatan yang tersedia dibandingkan dengan banyaknya masalah yang harus diatasi, maka dalam SKN     dicantumkan penentuan prioritas serta perlunya peranan masyarakat dan pihak swasta.
Tujuan dan sasaran SKN mencakup peningkatan kemampuan masyarakat, yaitu menolong diri sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan yang sering dijumpai sehari0hariu, peningkatan mutu lingkungan hidup, peningkatan status gizi masyarakat, pengurangan kejadian morbiditas dan mortalitas serta pengembangan keluarga sejahtera.
Di samping itu, disusun pula pelbagai indikator dasar yang berkaitan erat dengan kesehatan. Contoh, untuk kesehatan anak kita menggunakan indikator angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKB5), gross national product (GNP) per kapita, umur harapan hidup, dan tingkat melek huruf/pendidikan khususnya golongan perempuan. Demikian pula sekaligus meningkatkan tugas dan fungsi sarana dan prasarana kesehatan seperti Puskesmas dan beberapa di antarannya juga telah menjadi fungsi Posyandu bagi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Pertanyaannya, apakah masalah seperti ini hanya merupakan tanggung jawab para dokter yang berhubungan dengan masalah kesehatan klinik semata? Jawabnya, tanggungjawab kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab kita semua. Ungkapan terakhir ini mengingatkan kita bahwa sebenarnya kejadian atau timbulnya suatu penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor penentu, yakni faktor genetik, lingkungan (biopsikososial) dan perilaku individu sendiri. Ketiga jenis faktor tersebut dapat bekerjasama secara tersendiri atau masing-masing saling berpengaruh. Faktor penentu ini berlainan bagi tiap individu, keluarga, daerah atau negara. Di Indonesia, misalnya, karena faktor lingkungan kurang menunjang, tingkat pendidikan rendah, kesadaran terhadap kesehatan masih kurang, maka akan dijumpai banyak penyakit infeksi parasit, penyakit kulit, atau penyakit kurang gizi.
Sadar akan tanggung jawab bersama dalam bidang kesehatan itu maka kita sepakat jika secara sosial dalam garis besarnya masalah kesehatan itu dapat dibagi dalam tiga kategori berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:
1.      Masalah yang khusus bersifat medis, umumnya mengenai kasus di klinik atau rumah sakit, kasus ini murni menjadi tanggungjawab dokter.
2.      Masalah yang menjadi tanggungjawab pemerintah, misalnya tanggungjawab Departemen Kesehatan yang menangani tanggungjawab kesehatan masyarakat.
3.      Masalah yang bukan menjadi tanggungjawab dokter maupun pemerintah, misalnya tanggungjawab masyarakat terhadap kesehatan.
2.3 Definisi Komunikasi Kesehatan
Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara “komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi kultural, komunikasi gender, dll)
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi komunikasi ksesehatan. Komunikasi kesehatan adalah:
1.      Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolahan kesehatan.
2.      Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
3.      Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk mempengaruhi individu organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara professional kesehatan dengan peran pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan peristiwa.
4.      Pendidikan kesehatan, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada usaha mengubah perilaku kesehatan audiens (skala makro) agar mereka mempunyai kepekaan terhadap masalah kesehatan tertentu yang sudah didefinisikan dalam satuan waktu tertentu (Elayne Clift & Vicki Freimuth, 1995).
5.      Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan maksud memengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka, tentang pilihan perilaku hidup sehat.
6.      Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud memengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication Partnership’s M/MC Health Communication Materials Database, 2004).
7.      Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C., 1994).
8.      Komunikasi yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsensus, menngidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat dilakukan secara efektif. Melalui proses dialog tersebut maka informasi kesehatan yang di pertukarkan antara dua puhak itu bertujuan membangun pengertian bersama demi penciptaan pengetahuan baru yang dapat diwariskan bersama. Jadi, dasar dari persetujuan adalah aksi dan kerja sama (Smith, W.A. and Hornik, R, 1999; US Department of Health and Human Services 2000; Clift, E. and Freinmuth, 1995; dan Ratzan, S.C. ed. 1994).
            Dari beberapa definisi komunikasi kesehatan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi kesehatan meliputi unsure-unsur :
1.      Proses komunikasi manusia (human communication) demi mengatasi masalah kesehatan.
2.      Komunikasi yang sama dengan komunikasi pada umumnya, yaitu ada komunikator kesehatan, kominukan, pesan, media, efek, konteks komunikan kesehatan.
3.      Beroperasi pada level atau konteks kominukasi seperti komunikasi antar-personal, kelompok, organisasi, publik dam komunikasi massa.
4.      Belajar memanfaatkan strategi komunikasi.
5.      Belajar tentang peranan teori komunikasi dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
6.      Penyebarluasan informasi tentang kesehatan.
7.      Keterpengaruhan dari individu dan komunitas dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan.
8.      Pemanfaatan media dan teknologi komunikasi dan teknologi informasi dalam penyebarluasan informasi kesehatan.
9.      Pengubahan kondisi yang kondusif yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungan.
10.  Variasi interaksi dalam kerja kesehatan misalnya komunikasi dengan pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan peristiwa.
11.  Pendidikan kesehatan.
12.  Pendekatan yang menekankan usaha mengubah perilaku audiens agar mere tanggap terhadap masalah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
13.  Seni dan teknik untuk menyebarluaskan informasi.
14.  Proses kemitraan dengan partisipan berdasarkan dialog dua arah.

2.4  Cakupan Komunikasi Kesehatan
Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun, semua model teoretik maupun praksis itu meliputi:
1. Komunikasi persuasif atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku kesehatan.
2. Faktor-faktor psikologis individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan:
a.       Stimulus (objekpersepsi) > sense organ dan pemaknaan stimulasi (respons);
b.      Bagaimana mengorganisir stimulus > berdasarkan aturan, schemata dan label;
c.       Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dll;
d.      Memory; dan
e.       Recall.
3. Pendidikan kesehatan (health education), yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup sehat melalui informasi dan pendidikan kepada individu dengan menggunakan aktivitas material maupun terstruktur.
Cakupan pendidikan kesehatan meliputi;
a. Jenis pendidikan profesional di bidang kesehatan (kurikulum dll).
b. Penjenjangan pendidikan profesi.
c. Pelatihan profesional (jenis ,jenjang dan kurikulum).
d. Pendidikan masyarakat (informasi)
e. SDM pendidik.
4. Pemasaran sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku positif melalui penerapan prinsip-prinsip pemasaran dengan mengintervensi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas.
5. Penyebarluasan informasi kesehatan; melalui media (sosialisasi informasi, pendidikan,hiburan,opini,pemberitaaan,dll)
6. Advokasi, pendampingan melalui komunitas, kelompok, atau media massa yang bertujuan untuk memperkenalkan:
a. kebijaksaan.
b. peraturan.
c. program-program untuk memperbaharui kesehatan.
7. Resiko komunikasi, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai resiko yang dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai kesehatan, dan mengusulkan cara-cara untuk mengatasi kesalahan informasi.
8. Komunikasi dengan pasien-meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu, bagaimana memaksimalkan perawatan, pemberian terapi, atau penyampian pendekatan alternative, termasuk dalam tema ini adalah bagaimana melayani pasien secara komunikatif.
9.Informasi kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang ditunjukan kepada para individu-konsumen demi membantu individu untuk memahami kesehatan individu, bagaimana individu membuat keputusan yang berkaitan dengan kesehatan individu, kesehatan keluarga, misalnya berhubungan dengan penyedia jasa kesehatan asuransi kesehatan, atau aspek pemeliharaan kesehatan jangka panjang.
10. Merancang health entertain atau hiburan yang didalamnya mengandung informasi kesehatan, yang meliputi pilihan jenis hiburan yang dijadikan sebagai event untuk mengomunikasikan tema-tema mengenai kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat.
11. Komunikasi kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan melalui media interaktif sehingga terjadinya dialog dan diskusi antara sumber dengan penerima melalui media massa.
12. Strategi komunikasi, yang meliputi desain pilihan:
a. Komunikator kesehatan
b. Pesan-pesan kesehatan
c. Media kesehatan
d. Komunikan kesehatan (audiens-sasaran komunikasi)
e. Mereduksi hambatan komunikasi
f. Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan dll.

2.5  Tujuan Komunikasi Kesehatan
1.Tujuan Strategis
Pada umumnya, program-program yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul itu dapat berfungsi untuk:
1. Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada  pihak lain secara berangkai (hunting).
2. Enable informed decision making – memberikan informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan.
3. Promote healthy behavior – informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup
sehat.
4. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.
5. Promote self-care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.
6. Manage demand for health servics – memenuhi permintaan layanan kesehatan.

2. Tujuan Praktis
Menurut Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington, D. C. Courses Process Communication Model, 2003), sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumbr daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :
1. Meningkatkan pengetahuan – yang mencakup :
a. Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
b. Menjadi komunikator – yang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan lain-lain.
c. Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan.
d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
e. Menentukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
f. Mengelola umpan-baik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan kehendak komunikator dan komunikan.
g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
i. Prinsip-prinsip riset.
2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi efektif.
Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi, menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi dan lain-lain.
3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi.
a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
b. Berkomunikasi dengan kepercayaan diri
c. Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
d. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan.
e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.
2.6  Konteks Komunikasi
1. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi yang berlangsung sebagai komunikasi tarpribadi (inter-personal communication) yakni komunikasi yang dilakukan oleh 2 dan 3 orang dengan jarak fisik antara mereka yang sangat dekat , bertatap muka atau bermedia dengan sifat  umpan baik yang berlangsung cepat adaptasi pesan bersifat khusus , serta memiliki tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur .
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi dalam konteks kelompok merupakan komunikasi yang terjadi di antara sejumlah orang (kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang , kelompok besar 20 -50 orang ) , umpan balik pesan berlangsung cepat , adaptasi pesan bersifat khusus , tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur.
3. Komunikasi Organisasi
Komunikasi kesehatan dapat pula beroperasi dalam konteks organisasi baik organisasi kesehatan seperti puskesmas pembantu , puskesmas , klinik-klinik , rumah sakit , atau organisasi profesi kesehatan , misalnya IDI , IBI ,bahkan organisasi yang berorientasi pada layanan dan bisnis dalam bidang kesehatan (perusahaan farmasi sampai ke perusahaan produksi alat-alat kesehatan) . Melalui organisasi tersebut beragam informasi tentang kesehatan dapat disebarluaskan kepada individu , komunitas atau kelompok-kelompok sasaran .
4. Komunikasi Publik
Aktivitas komunikasi juga beroperasi dalam konteks komunikasi publik . Kini informasi kesehatan dapat diperoleh melalui aktivitas komunikasi publik . Sebagai contoh , mahasiswa FKM  dapat menyebarluaskan informasi (Pengetahuan , pencegahan ) yang bersumber dari isu “demam berdarah” atau “PMS” Di kota kupang melalui forum-forum yang telah di siapkan secara berstruktur . Melalui kegiatan lokakarya , seminar , simposium , pendidikan dan pelatihan yang berskala praktis hingga ke penentuan kebijakan sampai informasi keilmuan dapat dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan , LSM , Lembaga Agama , Perusahaan Obat , dan lain-lain .
5. Komunikasi Massa
Harus diakui bahwa kini nyaris tak ada aktivitas manusia termasuk penyebarluasan informasi kesehatanyang tidak ditopang oleh jasa media massa . Perhatikan bagaimana para pengusaha obat , makanan dan minuman berlomba-lomba memanfaatkan media massa seperti radio , televisi , surat kabar , majalah ,  folder  , pamlet , leaflet untuk menyebarluaskan informasi tentang kesehatan .

2.7 Masa Depan Komunikasi Kesehatan
Kini dengan kemajuan teknologi komunikasi maka lahir teknologi multimedia yang mengakibatkan semakin cepat menyebarnya informasi, termasuk informasi, termasuk informasi kesehatan. Sebagai contoh, kini berkembang health e communication dimana komunikasi tentang kesehatan dapat diakses dan disebarluaskan melaluli WWW, wordwebwide. Sebagai contoh :
1.      Health e Communication adalah suatu jaringan elektronik (internet) yang dibangun oleh Health Communication partnership (HCP) dan The Communication Initiative. Jaringan ini berbasis untuk melayani dan mengomentari kelompok luas berjaringan world wide group para praktisi komunikasi kesehatan yang berminat untuk memberikan masukan penting dalam tahap komunikasi kesehatan. HCP didukung oleh agensi AS termasuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health/Center for Communication Programs dan The International HIV/AIDS Alliance and Tulane University’s School of Public Health and Tropical Medicine.

2.      Jaringan HCP yang berkaitan dengan lima institusi itu bersama-sama menangani tujuan memperkuat kesehatan masyarakat melalui strategi komunikasi, HCP dan mitra kerjanya bekerja untuk menciptakan lingkungan pendukung individual, keluarga dan komunitas untuk bertindak secara posotif bagi kesehatan mereka dan memberikan advokasi agar mereka dapat mengakses layanan informasi yang berkualitas.

3.      The Communication Initiative (The CI) adalah mitra untuk mengembangkan organisasi yang bertujuan untuk mendukung perluasan bagi efektivitas dan intervensi skala komunikasi bagi pengembangan internasional yang positif. Ini merupakan strategi kombinasi dari menyediakan informasi pada waktu yang tepat dan mengembangkan kominkasi dan cara berpikir, memfasilitasi antara orang yang membutuhkan pengembangan isu dan masalah kesehatan.

4.      Kemajuan teknologi ternyata telah membawa akibat hadirnya saluran yang unik dimana komunikasi kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Inter-active Health Communication (IHC) adalah area yang kini tumbuh sangat luas. IHC dapat diartikan sebagai Science panel on Interactive Communication and Health, atau sebagai interaksi antara individu-konsumen,pasien,pelayan kesehatan,atau profesional-dengan teknologi komunikasi sebagai pembagi atau pengalih informasi untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berkaitan dengan isu kesehatan.

5.      Beberapa aplikasi yang mengintegrasikan fungsi-fungsi komunikasi kesehatan tersebut belum termasuk aplikasi modul atau teknologi infrastruktur pembagi informasi kesehatan seperti :

a. Jaringan informasi kesehatan melalui internet > health web sites;
b. Kelompok diskusi kesehatan > online chat groups;
c. Kelompok pengakses berita layanan kesehatan > listservs and news groups;
d. Warnet > stand-online kiosks, dan;
e. Aplikasi CD-ROM kesehatan dll.
Program komunikasi kesehatan disponsori oleh sejumlah fitur penting (prevention 1989-90, Federal Programs and Progress,pp.3-7)yang:
1). Berbasis pada konsensus keilmuan dan dihubungkan dengan faktor terhadap satu atau lebih masalah kesehatan dalam penduduk yang beresiko tinggi pula;
2). Diambil dari variasi perencanaan jaringan kerja;
3). Difokuskan pada hasil antara yang dapat diterima dan dimudifikasi sebagai program yang sudah matang;
4). Menggunakan varasi sistem dan jaringan diseminasi informasi;
5). Menggunakan saluran ganda, termasuk media sebagaimana untuk aktivitas pencegahan implementasi dalam suatu kampanye.
6.   Health e Communication melayani sumber informasi untuk para praktisi komunikasi kesehatan yang dirancang dalam suatu perencanaan, studi kasus, model perencanaan, penelitian dan evaluasi dokumentasi, adalah proses yang bertanya kepada orang mengenai:
a. Subni the resources they find most useful
b. Assess the resources others have submitted
c. Share ideas on what works and why
d. Generate an evolving collective perspective around resoures, approaches, and trends in Health Communication
7.   Kini berkembang luas peluang untuk aplikasi komunikasi kesehatan yang meliputi:
a. Telehealth-adalah aplikasi telekomunikasi dan teknologi komputer untuk memperluas spectrum informasi mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan.
b. Interactive health communication-adalah interaksi antara individu dengan konsumen,pasien,pemberi layanan kesehatan, atau professional dengan menggunakan bantuan teknologi komunikasi sebagai alat pembagi informasi atau menyediakan peralatan agar semua orang dapat mengakses atau mengalihkan informasi kesehatan atau memberikan bimbingan mengenai isu-isu kesehatan.
c. Consumer health informatis- interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada konsumen.
d. Telemedicine-aplikasi telekomunikasi dan teknologi computer yang secara khusus melayani klinik.

Media-media baru yang sama-sama digunakan di atas semuanya berpusat pada computer dengan melibatkan peranan radio dan televis, kios, warung internet, video,online services, video conferencing, CD-ROM/DVD, video games, dan berbagai format layanan lainnya.



           

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Studi keilmuan komunikasi kesehatan terinspirasi oleh empat bentuk gerakan yang dikemukakan oleh Armstrong (1983). Perhatian dunia terhadap masalah kesehatan telah disepakati dalam berbagai perjanjian, kesepakatan konferensi dan deklarasi. Ada banyak definisi dari komunikasi kesehatan. Salah satu cakupan dalam komunikasi kesehatan ialah komunikasi persuasive yang merupakan komunikasinyang berdampak pada perubahan perilaku kesehatan. Strategis dan praktis merupakan bagian dari tujuan komunikasi kesehatan. Secara garis besar, manfaat dalam mempelajari komunikasi kesehatan ialah memahami interaksi antara perilaku kesehatan dengan individu. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka berbagai informasi kesehatan mudah diakses, seperti lewat sarana internet.

3.2  Saran
Tentunya dalam makalah ini, masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat memohon kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu selanjutnya bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini, bisa berguna dan bermanfaat.







DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D. 1933. Political Anatomy of the body: Medical Knowledge in
      Britain in the Twentieth Century. Cambridge: Cambridge University Press.
Atkin, C and Wallack, L. 1990. Mass Communication and Public Health. 
      Newbury Park, CA: Sage Publications.
Finnegan, Jr., J. R and Wiswanath, K. 1990. Health and Communication: Medical
      and Public Health Influences on the Research  Agenda. Hillsdale, NJ:
      Lawrence  Erlbaum Associates
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
      Pelajar.
Markum, A.H.dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas
      Kedokteran UI.