Perkembangan teknologi sel punca, atau ‘stem cell technology‘
di dunia sangat cepat. Saat ini, teknologi sel punca merupakan harapan
bagi pasien di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Terapi sel punca
mulai dikembangkan di dunia pada tahun 1996, dan Indonesia memulainya
sekitar tahun 2007. Sel punca bisa dikembangkan dari embrio, tali pusat
bayi baru lahir, jaringan sendiri (autologous) maupun orang lain (allogenic).
“Inilah mimpi masa depan. Saya bukan
seorang dokter tapi saya selalu berpikir untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia, salah satunya dengan memperhatikan kesehatannya,”
ucap Menteri Nasir yang didampingi Direktur Jenderal Riset dan
Pengembangan Muhamad Dimyati pada kunjungan kerja ke UPT Teknologi
Kedokteran Sel Punca RSCM-FKUI Gedung CMU lantai 5, Kamis (14/4).
Menristekdikti Nasir mendapatkan
informasi mengenai pengembangan teknologi sel punca dari Dekan Fakultas
Kedokteran UI, Ratna Sitompul, Ketua Program Penelitian Sel Punca
Ismail, serta Direktur RSCM Heriawan Soejono.
Stem cell adalah
inovasi teknologi yang sangat maju, namun aplikasi teknologi ini untuk
masyarakat dengan cepat perlu didukung. Perlu dikaji faktor-faktor yang
menyebabkan diseminasi teknologi ke masyarakat masih lambat.
“Apakah ada masalah pada regulasi penerapan teknologi sel punca?” tanya Nasir di depan Dekan FKUI dan Dirut RSCM.
Jika ada masalah regulasi,
Menristekdikti akan segera mengkoordinasikannya dengan Menteri
Kesehatan. “Mana regulasi ataupun peraturan yang harus diperbaiki, maka
akan segara kita pelajari, diskusikan, dan dicarikan solusinya,” ujar
Menteri Nasir.
Selanjutnya, Menteri Nasir kembali
menekankan agar teknologi sel punca ini segera dapat berkembang dan
bermanfaat bagi masyarakat. Jika teknologi sel punca ini dapat
berkembang dengan baik, maka harapannya kesehatan masyarakat Indonesia
akan menjadi lebih baik juga.
Dekan FKUI Ratna Sitompul menjelaskan
bahwa pengembangan teknologi sel punca diseluruh dunia, keunggulannya
kurang lebih hampir sama. “Jika Indonesia ingin bertarung di dunia,
Indonesia bisa memulainya,” ujarnya.
“Ada penyakit yang berkaitan dengan
tulang, otot, maupun kanker di tulang dan otot, penyakit tersebut dapat
kami obati dengan teknologi sel punca. Sehingga adik-adik kami yang
terkena kanker tulang dan otot, bisa bermain bola lagi,” ujar Dirut RSCM
Heriawan Soejono. Beliau juga meyakini bahwa di masa depan, bukan tidak
mungkin Indonesia qq RSCM-FKUI UPT Teknologi Sel Punca, akan menjadi
acuan bagi masyarakat ASEAN, seandainya fasilitas riset dan kualitas SDM
Indonesia terus mendapatkan perhatian dan dukungan dari akademisi,
pebisnis, dan pemerintah (academicians-bussiness persons-the Government). (nf/ristekdiktitv)
http://ristekdikti.go.id/stem-cell-berkembang-kesehatan-masyarakat-jadi-lebih-baik/
FKM-AKK-05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar