Rabu, 23 November 2016

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH)




PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH)



                    
                                                              Melky Suwuh
                             
                                                              14111101002


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga terciptalah sebuah  makalah yang berjudul "Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)”. Maksud dan tujuan  dalam pembuatan makalah  ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar harapan untuk bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari siapapun yang membaca makalah ini demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Terima Kasih.
                                                                                                                                   

Manado,   November 2016

      






DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................    i
Daftar Isi .......................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................    1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................    1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................    2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................    2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................    3
2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan ..............................................    3
2.2 Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan ..............................................    4
2.3 Pengertian Sampah Padat ..............................................................    9
2.4 Jenis-Jenis Sampah Padat ..............................................................    9
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................    11
3.1 Pengelolaan Sampah ......................................................................    11
3.2 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan ......................    19
BAB IV PENUTUP .....................................................................................    23
4.1 Kesimpulan ....................................................................................    23
4.2 Saran ..............................................................................................    23
Daftar Pustaka ..............................................................................................    24












BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
    Sampah adalah barang/material sisa yang tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu. Sampah ada karena ada aktivitas manusia. Karena, proses alam tidak memnghasilkan sampah. Hampir setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan agtau sampah. Sampah dapat dalam bentuk padat, cair atau gas. Sampah terbentuk dari berbagai sumber. Salah satu sumber sampah dapat berasal dari konsumsi manusia sebagai pengguna barang. Sebenarnya, sampah dapat berasal dari aktivitas nuklir, industri, pertambangan dan manusia sendiri dalam bentuk feses dan urin. Sampah yang sering dipahami adalah sampah yang dibuang ke tempat sampah.
    Secara umum, jenis sampah dapat dibagi dua, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering).
Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya, sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, tidak dapat terurai secara alami.
    Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat bergantung dari jenis material yang kita konsumsi.
    Di kota-kota besar, sampah merupakan masalah yang harus diatasi karena jumlahnya semakin banyak dan sering menimbulkan masalah. Masalah yang timbul antara lain, sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuanagn sampah. Lahan-lahan di perkotaan sangat terbatas sehingga sulit mencari tempatyang layak sebagai tempat pembuangan sampah dalam jumlah banyak. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ke tempatnya pun masih kurang.
    Masyarakat yang berada di dekat sungai banyak yang membuang sampah langsung ke sungai dan akibatnya sampah menumpuk dan aliran sungai tersumbat. Selain menyebabkan air menjadi kotor dan tercemar, hal ini tentu saja dapat menyebabkan bencana banjir jika musim penghujan tiba.
    Sampah juga merupakan sumber penyakit yang dapat menganggu kesehatan masyarakat. Sampah merupakan sumber kuman dan bibit penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Sampah menyebabkan bau tidak sedap dan membuat lingkungan menjadi tidak nyaman. Sampah juga merupakan pemicu terjadinya pemanasan global akibat terjadi penumpukan sampah. Dengan banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh sampah, maka perlu diadakan pengelolaan sampah.

1.2   Rumusan masalah
1. Apa itu pencemaran lingkungan ?
2. Apa saja jenis-jenis pencemaran lingkungan  ?
3. Apa itu sampah padat ?
4. Apa saja jenis-jenis sampah padat ?
5. Bagaimana pengelolaan sampah  ?
6. Bagaimana hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis pencemaran;
2. Mengetahui apa itu sampah padat dan jenis-jenisnya;
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah;
4. Mengetahui hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan;
5. Melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan
    Salah satu permasalahan kesehatan masyarakat adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran sangat tergantung waktu dan tempat. Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan komposisi unsur atau komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun pengurangan, sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan / atau komponen non kehidupan, pada waktu dan tempat tertentu. Potensi bahaya pencemaran lingkungan bisa berupa kerugian material, misalnya perusakan benda-benda kuno, bangunan, sedang dampak terhadap komponen kehidupan termasuk perkebunan, binatang dan utamanya kesehatan manusia.
    Pencemaran lingkungan baik komponen lingkungan udara, air, pangan seringkali diidentikan dengan keberadaan berbagai agent penyakit dalam media tersebut. Keberadaan agen penyakit inilah yang disebut sebagai komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan atau gangguan timbulnya penyakit.
    Pencemaran lingkungan serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dapat dibagi menurut keperluan diskusi dan pembahasan. Paling sering membahas pencemaran lingkungan berdasar meia yang mengandung bahan pencemar, yaitu :
a.       Pencemaran udara (baik udara dalam bangunan indoor ataupun udara luar bangunan seperti jalan raya)
b.      Pencemaran air
c.       Pencemaran  media pangan
    Pada kenyataannya pembahasan ketiganya sering bercampur sulit dipisah-pisahkan dan yang jelas semua bermuara pada dampak kesehatan masyarakat.


2.2 Jenis-Jenis Pencemaran
1. Pencemaran udara
    Semua makhluk hidup pasti membutuhkan udara. Udara tersebut digunakan makhluk hidup untuk bernafas. Oleh karena itu, udara yang dibutuhkan adalah udara yang bersih dan tidak tercemar polusi udara. Pada saat sekarang ini, khususnya di kota-kota besar kita sulit mencari udara yang bersih. Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar sudah sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber polusi udara yang ada di kota-kota. Banyaknya kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas buang adalah salah satu sumber polusi udara. Asap rokok dan asap dari pabrik-pabrik juga merupakan penyebab polusi udara yang banyak terjadi di kota-kota besar.
    Pencemaran (polusi) udara akan sangat menganggu kelestarian makhluk hidup. Pencemaran udara ini berakibat langsung merusak kesehatan manusia melalui pernapasan. Akibat pencemaran udara juga akan berbahaya dan dampak bagi kelangsungan makhluk hbidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Dengan demikian, kebutuhan akan udara bersih terhadap semua makhluk sangat penting sekali. Udara dapat memengaruhi keberlangsungan makhluk hidup dan lingkungannya. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan udara agar dapat hidup dan bernapas. Hanya saja udara yang dibutuhkan oleh manusia dengan tumbuh-tumbuhan tidak sama. Manusia membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Sedangkan tumbuh-tumbuhan pada waktu fotosintesis disiang hari membutuhkan zat karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Berarti antara tumbuh-tumbuhan dengan manusia saling menunjang dalam kebutuhan akan udara.
    Tumbuh-tumbuhan selain berfotosintesis juga bernapas, pada saat bernapas tumbuh-tumbuhan membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Tetapi pada saat tumbuh-tumbuhan berfotosintesis membutuhkan udara yang berlainan dengan manusia yakni apa yang dikeluarkan oleh manusia dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan,  berarti saling menunjang.

Pencemaran udara dapat dibedakan menjadi 3 jenis.
1.      Pencemaran yang disebabkan oleh gas. Pencemaran ini ditimbulkan oleh adanya proses kimia antara benda padat dan cair yang karena dipanaskan akan menguap dan bisa menimbulkan gas buang. Misalnya, gas buang dsri bahan bakar kedaraan atau asap-asap dari cerobong pabrik.
2.      Pencemaran Aerosol, yaitu suatu suspensi di udara yang dapat bersifat padat atau kabut cair.
3.      Pencemaran disebabkan atau ditimbulkan netraksi karena debu-debu kimia.
Sebab-sebab yang menimbulkan mencemaran udara sebagai berikut.
1.      Pembakaran oleh pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, rumah tangga.
2.      Debu tanah
3.      Virus/bakteri dari penderita melalui pernapasan.
Penyakit yang timbul akibat pencemaran udara sebagai berikut.
1.      Penyakit mata
2.      Penyakit paru-paru (TBC), saluran pernapasan
3.      Penyakit syaraf.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi tingkat polusi udara dan menjaga kebersihan udara.
1.      Melakukan penghijauan
2.      Membuat hujan buatan
3.      Mengalirkan udara kotor ke tempat tertentu atau dengan jalan membakar udara, kedua cara ini khusus untuk udara yang mengandung gas.
Untuk udara yang mengandung debu, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Membuat kamar pengendap yaitu mengalirkan udara ke tempat yang mengendap sehingga udara itu mengendap;
b.      Menyaring debu yang mengandung partikel.
Cara mencegah pencemaran udara akibat kendaraan bermotor dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut.
a.       Usahakan menggunakan bahan bakar yang paling sedikit mengeluarkan asap.
b.      Memperlancar kemacetan lalu lintas, karena asap dari kendaraan bermotor akan lebih banyak bila lalu lintas macet.
c.       Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan missal, seperti bus dan kereta api diperbanyak.
d.      Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaran, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberikan kontribusi polutan udara.
Potensi terbesar polusi oleh kendaran bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
e.       Mengurangi polusi tidur, pemberian penghambat laju kendaraan di pemukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju, sehingga memperbanyak polusi.
f.       Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check).
g.      Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
2. Pencemaran air
    Air menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup dan tidak mungkin bisa mempertahankan hidupnya tanpa air. Dan untuk menjaga kesehatan kita tidak bisa memanfaatkan semua air tanpa memisahkan air yang bersih dan yang kotor. Walaupun manusia tidak hidup di dalam air, manusia tidak bisa hidup tanpa air. Kebutuhan manusia akan air tidak hanya untuk minum, mencuci dan semua keperluan juga membutuhkan air bersih.
    Air yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang bersih/jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak mengandung kuman atau bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi tiga macam.
1.      Air tanah, misalnya mata air, sumur gali, atau sumur bor.
2.      Air permukaan, misalnya dari sungai, danau, laut, air yang diolah secara ilmiah seperti air kali yang dibersihkan menjadi air minum.
3.      Air hujan yaitu air yang jatuh dari ruang angkasa.
Untuk mendapatkan air tanah yang memenuhi kesehatan, sumber air itu harus jauh dari tempat pengambilan air. Oleh karena itu, untuk mencegah agar air sumur tidak tercemar dapat dilakukan sebagai berikut.
a.       Lantai di sekitar sumur harus dibuat kedap air, artinya diplester 1 meter dari permukaan tanah ke bawah, agar tidak mudah menyerap air yang kotor dari atas.
b.      Apabila sumur gali maka dinding sumur, antara jarak 2 meter sampai 3 meter dari permukaan tanah harus diplester agar tidak mudah merembes langsung air kotor.
c.       Bila sumur gali, janganlah meletakkan timba (ember) di ats tanah, buatlah gantungan khusus.
Pencegahan pencemaran jenis air permukaan pun dilakukan. Bila air sungai yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, sungai harus dijaga kebersihannya dari pencemaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah polusi air diantaranya sebagai berikut.
a.       Jangan membuang sampah di sungai.
b.      Jangan mengadakan penebangan pohon-pohon yang berada di hulu sungai di badan sungai sepanjang sungai itu.
c.       Jangan membuang air limbah yang mengakibatkan rusaknya air sungai.
Sedangkan untuk mencegah pencemaran air laut, sebagai berikut.
a.       Jangan merusak sungai, jagalah kebersihannya dengan tidak mengotori sungai karena sungai akan mengalir ke laut.
b.      Janganlah memasukkan gas/zat yang merusak air. Hindarkan kebocoran pipa-pipa bahan bakar dalam laut dan kapal yang mengangkuy bahan bakar di laut.
Pencemaran air laut akan banyak mengakibatkan kerugian-kerugian bagi manusia, terutama dapat merusak ekosistem laut.
4. Pencemaran media pangan
    Salah satu komponen lingkungan yang berinteraksi dengan manusia dan sering kali mengalami pencamaran adalh pangan atau makanan. Bebrapa dari bahan toksik (pencemaran lingkungan) merupakan xenobiotic (foreign) to human biochemistry. Berbagai bahan “asing” ini memiliki potensi berbahaya bagi manusia. Berbagai bahan kimia di tanah bisa berada di dalam tubuh manusia, melalui media makanan. Berbagai agent penyakit dapat masuk atau kontak ke dalam tubuh manusia.
    Keberadaan bahan kimia: baik yang intentional  seperti food additives,  maupun yang unintentional  yakni cemaran bahan kimia, mulai dari penanaman (bahan baku pangan) hingga ketika disajikan di atas meja. Food additives digunakan secara luas. Definisi food additives (Federal Food Drug and Cosmetics) adalah any substance the intended use of which result or may reasonably be excepted to result, directly or indirectly, in its becoming a component or otherwise affecting the characteristics of any food. Secara teknis food additives adalah bahan atau campuran berbagai bahan di luar selain bahan dasar pangan yang terdapat dalam makanan sebagai hasil dari baik sebuah proses pembuatan, proses penyimpanan, packaging. Berbagai bahan ini memang disengaja dan dibolehkan menurut aturan perundangan. Hal ini berbeda dengan unintentional – atau makanan yang secara tidak sengaja ada dalam pangan tersebut atau lazim dikenal sebagai ‘tercemar’.
    Food contaminant, juga bisa berupa mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme ini berada di dalam pangan terutama pascapanen, penyimpanan maupun proses penyajian. Misalnya jamur, bakteri, serangga, kencing tikus, atau rambut tikus. Berbagai mikroorganisme juga dikenal sering mengontaminasi pangan. Bahan mikroorganisme mencemari ketika proses packaging, dan distribusi.
2.3 Pengertian Sampah Padat
    Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau
bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum.

2.4 Jenis-Jenis Sampah Padat
1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah membusuk.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.
6. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
7. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun), yaitu sampah yang terdiri atas bahan-bahan berbahaya dan beracun, misalnya baterai, racun tikus dan pestisida.
8. Kompos, adalah sampah yang teruraikan secara biologis, yaitu melalui pembusukan dengan bakteri yang ada di tanah dan kerap digunakan sebagai pupuk.
















BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan Sampah
1. Penyimpanan sampah (refuse storage)
Yang dimaksud dengan penyimpanan sampah ialah penampungan sampah yang sifatnya sementara sebelum sampah tersebut dibuang pada tempat semestinya. Bentuk penyimpanan sampah di desa berupa tanah yang digalin berbentuk lubang. Sampah dimasukkan ke dalam lubang. Setelah lubang penuh dengan sampah, kemudian ditimbun dengan tanah.
Bentuk tempat sampah lain adalah gubuk (rumah kecil). Bentuk tempat sampah ini cocok untuk daerah pedesaan, tetapi tidak cocok untuk daerah perkotaan atau kota besar. Tanah di kota besar sudah penuh dengan bangunan. Oleh karena itu, bentuk tempat sampahnya juga harus lain.
Tempat sampah di kota-kota besar yakni dengan membuat bak sampah yang terdiri atas bangunan ukuran kecil serta menggunakan tempat sampah khusus yanhg dibuat oleh pabrik, misalnya ember besar.
Syarat bak sampah yang baik seharusnya :
a.       Dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan gampang untuk dibersihkan
b.      Mempunyai tutup agar tidak dihinggapi lalat, serangga dan lainnya
c.       Ukurannya tidak terlalu besar
d.      Tidak diletakkan di dalam rumah
Selain tempat penyimpanan, hal yang juga harus diperhatikan adalah pemilihan jenis sampah dalam tempat penyimpanan. Sampah yang dibuang sebaiknya disimpan secara terpisah sesuai jenis sampah, organik/basah atau anorganik/kering. Sampah basah dapat  didaur ulang sedang sampah kering tidak. Seharusnya tiap bagian sampah dapat dikomposkan atau didaur ulang secara optimal, tidak dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini, dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi niai dari material yang mungkin bisa dimanfaatkan. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa didaur ulang dan racun menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, produk-produk sintesis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah di daur ulang, perlu dirancang kembali agar sesuai dengan sistem daur ulang.
2. Pengumpulan sampah (refuse collection)
Yang dimaksud dengan pengumpulan sampah ialah pengumpulan sampah dari bak-bak sampah yang ada di rumah-rumah, kantor, pasar dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan truk sampah. Kemudian sampah diangkut ke suatu pusat pembuangan sampah yang telah disepakati oleh pengurus lingkungan. Pengumpulan sampah di kota-kota besar dilakukan dengan gerobak dorong, truk atau kendaraan lain. Penampungan sampah memerlukan tempat luas karena penampungan sampah merupakan tempat berkumpulnya semua sampah dari bak-bak sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
Syarat-syarat penampungan sampah yang baik adalah sebagai berikut.
1.      Mudah dicapai oleh masyarakat yang menggunakannya.
2.      Mempunyai dua buah pintu, satu pintu untuk memasukkan sampah dan satu pintu untuk mengeluarkan sampah.
3.      Tertutup dan mempunyai ventilasi.
4.      Terhindar dari tempat sarang tikus atau binatang lain
5.      Mudah untuk dibersihkan.
3. Pembuangan sampah
Maksud tempat buangan sampah adalah tempat pembuangan sampah terakhir setelah dikumpulkan dari tempat-tempat pengumpulan. Di pedesaan, tempat pembuangan ssampah ini tidaklah menjadi persoalan karena areal tanah masih luas. Akan tetapi, di daerah perkotaan, terutama di kota besar, menjadi masalah yang pelik karena sulit mendapatkan areal tempat pembuangan sedangkan sampah-sampah di kota-kota besar sangat banyak.
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang tidak terpusat akan sangat membantu dalam mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya, pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini, pengelolaan sampah terutama di perkotaan tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat.
Kebiasaan menangani sampah di kota besar adalah dibuang di salah satu tempat dan setelah beberapa hari atau setelah kering dibakar. Pembakaran sampah ini menimbulkan polusi udara di sekitarnya. Di samping meinimbulkan bau yang tidak enak, juga menimbulkan penyakit yang membahyakan masyarakat. Cara pembuangan sampah ke laut ataupun pembakaran di tempat pembuangan sampah menimbulkan akibat sampingan negatif. Untuk mengatasinya, tempat pembuangan sampah tersebut haruslah mengolah sampah kembali menjadi bahan yang berguna. Mengolah sampah menjadi bahan yang berguna ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih (teknologi tinggi).
Di negara-negara yang telah menggunakan teknologi tinggi, sampah bisa diolah menjadi bahan pupuk, kertas dan lain-lain. Apabila sampah sudah bisa diolah menjadi bahan yang berguna, maka semakin banyak jumlah sampah semakin pula menguntungkan. Sebaliknya, apabila sampah belum bisa diolah menjadi bahan lain, maka semakin banyak sampah semakin sulit untuk mengatasinya.
Karena sampah di perkotaan terdiri atas beberapa jenis, sebelum dikumpulkan, sampah harus dipilah sesuai jenisnya agar sampah-sampah bisa diolah menjadi bahan lain. Memisahkan sampah juga membutuhkan teknologi tinggi karena kalau hanya menggunakan tenaga manusia akan memakan waktu yang cukup lama.

4. Pengolahan sampah sederhana
Pengomposan bisa menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan sampah. Pengomposan adalah cara pembuatan kompos dengan mengolah sampah organik (sampah yang berasal dari makhluk hidup, misalnya sayuran). Memang, pengomposan ini menimbulkan masalah seperti bau, berair atau menghasilkan belatung. Ada dua cara pengomposan, yakni pengomposan alami dan pengomposan buatan.
Cara pengomposan alami :
a.       Galilah lubang secukupnya dengan kedalaman min. 1 meter.
b.      Masukkan sampah organik ke dalam lubang.
c.       Lapisi sampah tersebut dengan jerami
d.      Tutuplah galian dengan tanah
e.       Bila mencapai waktu sekitar 1 minggu, bukalah galian tersebut, dan
f.       Sampah siap digunakan sebagai kompos.
Sedangkan dalam pengomposan buatan, menggunakan reaktor mini dan bakteri. Di dalam reaktor inilah sampah akan diurai oleh bakteri.
Teknik-teknik pengolahan sampah ini sangat berguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar khususnya dan dunia secara umum. Dengan pengolahan sampah, lingkungan akan lebih nyaman untuk ditinggali. Masyarakat pun aka terhindar dari penyakit atau bencana yang ditimbulkan sampah.
Mengatasi Masalah Sampah
Ada beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan proses kompos. Yang lazim, dilakukan untuk sampah dalam jumlah besar adalah secara fisik. Sampah dari rumah-rumah dikumpulkan dan disimpan dalam tempat atau container sementara, kemudian diangkut ke TPA untuk diolah sebelum dibuang. Tumpukan sampah yang tidak diolah terlebih dulu dapat mengundang lalat, tikus, serta pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan, mencemari udara, tamah dan air, serta menganggu kenyamanan.
Tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisisen dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan informasi tentang karakter sampah, karakter teknis teknologi  konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan dan keekonomian.
Permasalahan sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga menimbulkan kerawanan social dan bencana kemanusiaan. Ada beberapa hal efektif yang bisa dilakukan untuk menangani sampah, yakni dengan menerapkan prinsip 4R ( replace, reduce, reuse dan recycle).
1.      Replace, mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama dan ramah lin gkungan. Misalnya, ganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja dan jangan pergunakan Styrofoam, karena bahan tersebut tidak bisa didegradasi secara alami.
2.      Reduce, Mengurangi sampah dengan mengurangi sampah kantong plastik.
3.      Reuse, menggunakan kembali sisa sampah yang masih bisa dipakai.
4.      Recycle, melakukan daur ulang sampah.
Adapun cara lain memanfaatkan sampah yakni dengan menggunakannya sebagai bahan bakar (briket arang sampah).

Penanganan Sampah di TPA
TPA sering juga disebut landfill, yaitu tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable (tidak tembus air) sehingga air sampah yang diletakkan  di atasnya tidak akan merembes hingga mencemari air tanah di sekitarnya. Sampah-sampah yang datang ditimbun sampai menggunung, diletakkan secara berlapis, dipadatkan, dan ditutupi dengan tanah liat untuk mencegah datangnya hama dan menghilangkan bau. Penimbunan sampah akan dihentikan jika ketinggian permukaannya mencapai yang diinginkan. Yang dimanfaatkan adalah sampah rubbish (sampah tak lapuk dan tak mudah lapuk) misalnya kertas, kayu, kaleng dan sebagainya. TPA umumnya dibuat untuk bisa menampung sampah selama jangka waktu beberapa tahun.
Sampah tidak boleh dibuang secara sembarangan. Selain bisa menyebabkan bencana, sampah juga bisa terdiri atas berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng aerosol dapat meleedak bila terkena panas, sedang bahan dari plastic dan karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar. Bila pembakaran tidak bisa dihindari, pastikan hanya sampah organik yang dibakar, tidak mengandung banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari kerumunan orang banyak atau benda lain yang dapat memperburuk pembakaran.
Teknologi Pengolahan Sampah
Memiliki tujuan untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya, ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakan motor yang dihubungkan dengan generator listrik. Sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.

1. Proses Konversi Thermal
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). unsure-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan Nitrogen (N) dan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh incinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unity, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperature tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organic yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperature yang relatif tinggi ( sekitar 90o C-110o C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
\2. Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah uruk (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkit energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.
Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern yang  dalamnya terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik. Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di  landfill harus mempunyai permeabilitas  yang rendah. Aktivitas mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri atas sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.
3. Insinerator
Insenerator adalah perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi udara. Insinerator yang baik memiliki sistem penangkal pencemar udara di cerobongnya (walaupun tetap menyebabkan pencemaran udara) dan sanggup mengurangi volume sampah sampai 80% seusai dibakar.
Permasalahan yang timbul dapat dikurangi dengan meminimalkan jumlah timbuhan sampah dengan berbagai cara dan upaya, dimulai dengan memilah-milah jenis sampah organic (mudah membusuk) dan sampah anorganik (sukar membusuk) di rumah tangga.
Salah satu metode alternatif penanganan pengelolaan sampah dengan skala kecil dapat diterapkan dengan pola pembakaran berteknologi (insinerator). Pada prinsipnya sampah dapat dikelola dengan pembakaran yang ramah lingkungan, meskipun kita belum bisa menerima teknologi ini karena masih menganggap biayanya mahal dan sementara masih beranggapan mempunyai dampak lingkungan. Penulis mengajak marilah kita mencoba untuk “berpikir global namun bertindak lokal”. Artinya, kita dapat memakai kemajuan teknologi, sesuai keadaan dan lingkungan kita. Salah satu pilihannya adalah teknologi pembakar sampah “pilot project” skala kecil yang telah diproduksi di Indonesia.
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah dengan pembakaran pada suhu tinggi dan secara terpadu aman bagi lingkungan. Pengoperasiannya pun mudah dan aman karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan. Keuntungan dari insinerator mini ini adalah :
a.       Tidak diperlukan lahan besar
b.      Mudah dalam pengoperasian
c.       Hemat energi
d.      Temperature tidak terlalu tinggi (800o/1.100oC)
e.       Tidak menghasilkan asap sisa pembakaran yang mencemari lingkungan
f.       Tidak bising dan kemasan kompak per unit
g.      Tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar
h.      Sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/batako.
Sistem pengelolaan sampah incinerator dapat ditetapkan  dan digunakan baik dalam jangka pendek, jangkah menengah, maupun jangka panjang. Pola pengelolaan pembakaran incinerator mini tidak memerlukan lahan yang luas, sesuai untuk daerah perkotaan.

3.2 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan
    Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya penduduk di mana ruang tetap, makin hari masalahnya semakin bertambah besar. Hal ini jelas bila kita melihat modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi, sehingga meningkatkan aktivitas manusia. Sehubungan dengan kegitan manusia, maka permasalahan sampah akan berkaitan baik dari segi sosial ekonomi maupun budaya.
    Kesehatan seorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bemacam-macam fungsinya, antara lain:

1. Sebagai sarana penularan penyakit.
 Hal ini timbul karena sampah basah  (garbage) dapat menjadi tempat bersarangnya (breeding places) dan berkembang biaknya dari bermacam-macam vektor  penularan penyakit. Vektor dimaksud tersebut adalah: lalat, kecoak (lipas), nyamuk, dan tikus.
a.       Kebiasaan lalat: Lalat biasa hidup yang di tempat-tempat yang kotor dan tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan lalat. Sampah, terutama sampah basah (garbage), cepat berbau busuk, sehingga merupakan tempat berkembang biak dan tempat makanan lalat.
b.      Kebiasaan kecoak/lipas: Kecoak/ lipas senang tinggal di tempat-tempat yang lembab, berbau, dan keadaan gelap. Tumpukan sampah yang lembab, berbau, dan terdapat banyak cela-cela yang gelap merupakan tempat berkembang biaknya kecoak/lipas. Lalat dan Kecoak/lipas merupakan vektor penularan penyakit saluran pencernaan (perut) seperti: disentri basiller, disentri amoeba, Cholera, Typhus abdominalis, diare karena bakteri, dsb.
c.       Kebiasaan nyamuk: Nyamuk khususnya nyamuk Aedes dan Culex suka bersarang pada genangan air. Sampah dari barang-barang seperti kaleng, kantong plastik, pecahan gelas/botol menjadi tempat genangan air jika hujan turun, tempat ini sangat disenangi nyamuk Aedes sebagai tempat berkembangbiaknya.
Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah), malaria.
d.      Kebiasaan tikus: Tikus umumnya suka bersarang pada tempat yang banyak makanan, tempat-tempat yang lembab, dan celah-celah yang gelap sebagai tempat persembunyiannya. Sampah basah (garbage) masih banyak mengandung sisa makanan, agak lembab, dan terdapat celah-celah untuk bersembunyi dari ancaman musuh tikus. Oleh karenanya tikus suka bersarang di tempat pembuangan sampah. Tikus merupakan vektor penularan pes.
2. Di samping penyakit infeksi saluran pencernaan/perut, di dalam tumpukan sampah basah (garbage) kadang-kadang mengandung telur-telur cacing (cacing Trichinella spiralis, Ascaris Lumbricoides, Oxyuris vermecularis, dll.). Apabila sampah basah (garbage) ini diberikan untuk pakan ternak seperti babi tanpa di masak terlebih dahulu, maka babi tersebut dapat terjangkit penyakit kecacingan misalnya Trichinosis, penyebabnya adalah cacing Trichinella spiralis. Jika daging babi tersebut tidak sempurna memasaknya dikonsumsi oleh manusia, maka manusia pun dapat terjangkit penyakit penyakit cacing Trichinella ini.
3. Dari sampah juga dapat menjadi penyebab penyakit lain seperti penyakit kulit dan jamur.
4. Kemudian selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah, air, dan udara. Sampah-sampah yang dibuang sebagian besar merupakan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini mengalami pembusukan secara biologis oleh jasad-jasad renik/mikroba yang bersifat aerobik. Selain itu juga terjadinya proses pembusukan sampah organik berlangsung secara anaerobik yang berlangsung lama dan akhirnya akan dapat menghasilkan humus yang sangat berguna untuk penyuburan tanah dan perbaikan kondisi tanah. Namun dampak negatifnya lebih banyak, di mana:
1. Sampah-sampah plastik, pecahan kaca, karet, dan bahan-bahan yang sukar membusuk akan mencemari tanah sehingga dalam waktu lama tanah tidak dapat ditanami lagi (lahan kritis).
2. Hasil proses pembusukan sampah oleh jasad renik menghasilkan gas-gas seperti: CO2, H2S, CH4, dan NH3, maka udara tercemar oleh gas-gas tersebut dan menimbulkan bau yng tidak sedap. Di samping itu, jika ada sampah yang terbakar maka asap-asap yang mengepul ke udara mencemari udara karena adanya gas CO2 dan CO.
3. Air rembesan (leachate) hasil dari proses pembusukan sampah akan mengalami perporasi yang mengandung bahan terlarut yang dapat berbahaya untuk kesehatan, dapat mencemari air permukaan air tanah, serta badan-badan air yang berada dekat dengan tempat pembuangan akhir sampah apabila tidak dilakukan pengawasan yang baik.
5. Hasil pembusukan (dekomposisi) sampah dapat juga mengganggu keseimbangan ekosistem, terjadinya penyuburan pada badan-badan air karena menerima nutrien-nutrien hasil dekomposisi sampah memungkinkan terjadinya ledakan populasi tumbuhan air seperti eceng gondok dan akan mengganggu kehidupan biota lain. Salah satu dampak penyuburan (eutrofikasi) ini adalah terjadinya pendangkalan badan-badan air. Bahaya yang lebih besar lagi yang dapat diakibatkannya adalah bahaya banjir. Banjir ini dapat terjadi karena pendangkalan sungai atau dapat juga disebabkan oleh saluran-saluran/riol-riol atau got yang tersumbat oleh sampah (seperti kejadian banjir di kota-kota sekarang).
6. Secara fisik sampah yang tidak terkelola, dengan baik dapat mengganggu kelancaran lalu lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau di sudut-sudut persimpangan jalan. Ditinjau segi lain, sampah yang demikian akan mengganggu kenyamanan atau keindahan (estetika).
7. Lebih jauh lagi keadaan demikian akan menurunkan martabat bangsa. Dengan kata lain status sosial budaya suatu bangsa akan menurun dengan adanya suatu kenyataan bahwa pemerintah belum mampu memelihara kebersihan secara tuntas.







BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah adalah barang/material sisa yang tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu. Sampah dibedakan menjadi sampah organik, anorganik, B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan kompos. Ada beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan proses kompos. Sistem pengelolaan sampah terbagi atas penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan sampah dan pengolahan sampah sederhana. TPA sering juga disebut landfill, yaitu tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable (tidak tembus air) sehingga air sampah yang diletakkan  di atasnya tidak akan merembes hingga mencemari air tanah di sekitarnya. Teknologi pengolahan sampah terbagi atas proses konversi thermal, proses konversi biologis sera insinerator yang merupakan perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi udara.
3.2 Saran
Tentunya dalam makalah ini, masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat memohon kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu selanjutnya bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini, bisa berguna dan bermanfaat.






DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
      RajaGrafindo Persada
.
Damanhur, Enri 2008. Pengelolaan Limbah Padat Secara Umum. Bandung:
      FTSL ITB.
Dhani, Muhammad. Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis B3. Surabaya:
      FTSP ITS.
Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar
     
Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nugraha, Adrian. 2009. Menyelamatkan Lingkungan Hidup dengan
       Pengelolaan Sampah.
Bekasi: Cahaya Pustaka Raga.
Pranowo, Galih. Limbah Padat. Jogjakarta: Fakultas Sains Terapan.
Suprapto. 2005. Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat.
     
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Volume 1, No 2.
     
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15366/mki-des2005-
       %20(1).pdf/
. (Diakses tanggal 02 September 2015).
Umbara, Heru. 2010. Teknologi Pengolahan Limbah. Pusat Teknologi Limbah
      Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional.Volume 13, No 2.
Yuhistira, Angga. Teknologi Pengolahan Limbah Padat. Teknologi dan Manajemen Lingkungan.

1 komentar:

  1. Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan. Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima besi bekas

    BalasHapus