PENGELOLAAN LIMBAH
PADAT (SAMPAH)
Melky
Suwuh
14111101002
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga terciptalah sebuah
makalah yang berjudul "Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)”. Maksud
dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala
yang dihadapi. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai
pengantar. Besar harapan untuk bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari siapapun yang membaca makalah ini demi kesempurnaan penyusunan
makalah berikutnya. Terima Kasih.
Manado, November 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3
Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
................................................................. 3
2.1
Pengertian Pencemaran Lingkungan .............................................. 3
2.2
Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan .............................................. 4
2.3
Pengertian Sampah Padat .............................................................. 9
2.4
Jenis-Jenis Sampah Padat .............................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 11
3.1
Pengelolaan Sampah ...................................................................... 11
3.2
Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan ...................... 19
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 23
4.1
Kesimpulan .................................................................................... 23
4.2
Saran .............................................................................................. 23
Daftar Pustaka .............................................................................................. 24
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sampah adalah barang/material sisa yang
tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu. Sampah ada karena ada
aktivitas manusia. Karena, proses alam tidak memnghasilkan sampah. Hampir
setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan agtau sampah. Sampah dapat
dalam bentuk padat, cair atau gas. Sampah terbentuk dari berbagai sumber. Salah
satu sumber sampah dapat berasal dari konsumsi manusia sebagai pengguna barang.
Sebenarnya, sampah dapat berasal dari aktivitas nuklir, industri, pertambangan dan
manusia sendiri dalam bentuk feses dan urin. Sampah yang sering dipahami adalah
sampah yang dibuang ke tempat sampah.
Secara umum, jenis sampah dapat dibagi dua,
yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik
(sampah kering).
Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya, sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, tidak dapat terurai secara alami.
Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya, sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, tidak dapat terurai secara alami.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan
tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari.
Demikian juga dengan jenis sampah, sangat bergantung dari jenis material yang
kita konsumsi.
Di kota-kota besar, sampah merupakan
masalah yang harus diatasi karena jumlahnya semakin banyak dan sering
menimbulkan masalah. Masalah yang timbul antara lain, sulitnya mencari lahan
untuk tempat pembuanagn sampah. Lahan-lahan di perkotaan sangat terbatas sehingga
sulit mencari tempatyang layak sebagai tempat pembuangan sampah dalam jumlah
banyak. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ke tempatnya pun masih
kurang.
Masyarakat yang berada di dekat sungai
banyak yang membuang sampah langsung ke sungai dan akibatnya sampah menumpuk
dan aliran sungai tersumbat. Selain menyebabkan air menjadi kotor dan tercemar,
hal ini tentu saja dapat menyebabkan bencana banjir jika musim penghujan tiba.
Sampah juga merupakan sumber penyakit yang
dapat menganggu kesehatan masyarakat. Sampah merupakan sumber kuman dan bibit
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Sampah menyebabkan bau
tidak sedap dan membuat lingkungan menjadi tidak nyaman. Sampah juga merupakan
pemicu terjadinya pemanasan global akibat terjadi penumpukan sampah. Dengan
banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh sampah, maka perlu diadakan pengelolaan
sampah.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa itu pencemaran lingkungan ?
2.
Apa saja jenis-jenis pencemaran lingkungan
?
3.
Apa itu sampah padat ?
4.
Apa saja jenis-jenis sampah padat ?
5.
Bagaimana pengelolaan sampah ?
6.
Bagaimana hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian dan jenis-jenis pencemaran;
2.
Mengetahui apa itu sampah padat dan jenis-jenisnya;
3.
Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah;
4.
Mengetahui hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan;
5.
Melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan;
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Pencemaran Lingkungan
Salah satu permasalahan kesehatan
masyarakat adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran sangat tergantung waktu dan
tempat. Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan komposisi unsur atau
komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun pengurangan, sedemikian
rupa sehingga membahayakan kehidupan dan / atau komponen non kehidupan, pada
waktu dan tempat tertentu. Potensi bahaya pencemaran lingkungan bisa berupa
kerugian material, misalnya perusakan benda-benda kuno, bangunan, sedang dampak
terhadap komponen kehidupan termasuk perkebunan, binatang dan utamanya
kesehatan manusia.
Pencemaran lingkungan baik komponen
lingkungan udara, air, pangan seringkali diidentikan dengan keberadaan berbagai
agent penyakit dalam media tersebut. Keberadaan agen penyakit inilah yang
disebut sebagai komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan atau
gangguan timbulnya penyakit.
Pencemaran lingkungan serta dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat dapat dibagi menurut keperluan diskusi dan
pembahasan. Paling sering membahas pencemaran lingkungan berdasar meia yang
mengandung bahan pencemar, yaitu :
a. Pencemaran
udara (baik udara dalam bangunan indoor
ataupun udara luar bangunan seperti jalan raya)
b. Pencemaran
air
c. Pencemaran media pangan
Pada kenyataannya pembahasan ketiganya
sering bercampur sulit dipisah-pisahkan dan yang jelas semua bermuara pada
dampak kesehatan masyarakat.
2.2
Jenis-Jenis Pencemaran
1.
Pencemaran udara
Semua makhluk hidup pasti membutuhkan udara.
Udara tersebut digunakan makhluk hidup untuk bernafas. Oleh karena itu, udara
yang dibutuhkan adalah udara yang bersih dan tidak tercemar polusi udara. Pada
saat sekarang ini, khususnya di kota-kota besar kita sulit mencari udara yang
bersih. Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar sudah sangat tinggi. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya sumber polusi udara yang ada di kota-kota.
Banyaknya kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas buang adalah salah satu
sumber polusi udara. Asap rokok dan asap dari pabrik-pabrik juga merupakan
penyebab polusi udara yang banyak terjadi di kota-kota besar.
Pencemaran (polusi) udara akan sangat
menganggu kelestarian makhluk hidup. Pencemaran udara ini berakibat langsung
merusak kesehatan manusia melalui pernapasan. Akibat pencemaran udara juga akan
berbahaya dan dampak bagi kelangsungan makhluk hbidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Dengan demikian, kebutuhan akan udara bersih terhadap semua makhluk
sangat penting sekali. Udara dapat memengaruhi keberlangsungan makhluk hidup
dan lingkungannya. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan udara agar dapat
hidup dan bernapas. Hanya saja udara yang dibutuhkan oleh manusia dengan
tumbuh-tumbuhan tidak sama. Manusia membutuhkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Sedangkan tumbuh-tumbuhan pada waktu fotosintesis disiang hari
membutuhkan zat karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Berarti antara
tumbuh-tumbuhan dengan manusia saling menunjang dalam kebutuhan akan udara.
Tumbuh-tumbuhan selain berfotosintesis juga
bernapas, pada saat bernapas tumbuh-tumbuhan membutuhkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Tetapi pada saat tumbuh-tumbuhan berfotosintesis
membutuhkan udara yang berlainan dengan manusia yakni apa yang dikeluarkan oleh
manusia dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan,
berarti saling menunjang.
Pencemaran
udara dapat dibedakan menjadi 3 jenis.
1. Pencemaran
yang disebabkan oleh gas. Pencemaran ini ditimbulkan oleh adanya proses kimia
antara benda padat dan cair yang karena dipanaskan akan menguap dan bisa
menimbulkan gas buang. Misalnya, gas buang dsri bahan bakar kedaraan atau
asap-asap dari cerobong pabrik.
2. Pencemaran
Aerosol, yaitu suatu suspensi di udara yang dapat bersifat padat atau kabut
cair.
3. Pencemaran
disebabkan atau ditimbulkan netraksi karena debu-debu kimia.
Sebab-sebab yang menimbulkan mencemaran udara sebagai
berikut.
1. Pembakaran
oleh pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, rumah tangga.
2. Debu
tanah
3. Virus/bakteri
dari penderita melalui pernapasan.
Penyakit yang timbul akibat pencemaran udara sebagai
berikut.
1. Penyakit
mata
2. Penyakit
paru-paru (TBC), saluran pernapasan
3. Penyakit
syaraf.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
mengurangi tingkat polusi udara dan menjaga kebersihan udara.
1. Melakukan
penghijauan
2. Membuat
hujan buatan
3. Mengalirkan
udara kotor ke tempat tertentu atau dengan jalan membakar udara, kedua cara ini
khusus untuk udara yang mengandung gas.
Untuk udara yang mengandung debu, dapat dilakukan dengan cara:
Untuk udara yang mengandung debu, dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat
kamar pengendap yaitu mengalirkan udara ke tempat yang mengendap sehingga udara
itu mengendap;
b. Menyaring
debu yang mengandung partikel.
Cara mencegah pencemaran udara akibat kendaraan
bermotor dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut.
a. Usahakan
menggunakan bahan bakar yang paling sedikit mengeluarkan asap.
b. Memperlancar
kemacetan lalu lintas, karena asap dari kendaraan bermotor akan lebih banyak
bila lalu lintas macet.
c. Pemberian
izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan
angkutan missal, seperti bus dan kereta api diperbanyak.
d. Pembatasan
usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaran, terutama yang kurang terawat,
semakin besar potensi untuk memberikan kontribusi polutan udara.
Potensi
terbesar polusi oleh kendaran bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan
tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas
terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu
lintas dan mengurangi polusi udara.
e. Mengurangi
polusi tidur, pemberian penghambat laju kendaraan di pemukiman atau gang-gang
yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju, sehingga memperbanyak polusi.
f. Uji
emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi
meskipun secara uji petik (spot check).
g. Penanaman
pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
2.
Pencemaran air
Air menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup
dan tidak mungkin bisa mempertahankan hidupnya tanpa air. Dan untuk menjaga
kesehatan kita tidak bisa memanfaatkan semua air tanpa memisahkan air yang
bersih dan yang kotor. Walaupun manusia tidak hidup di dalam air, manusia tidak
bisa hidup tanpa air. Kebutuhan manusia akan air tidak hanya untuk minum,
mencuci dan semua keperluan juga membutuhkan air bersih.
Air yang memenuhi syarat kesehatan adalah
air yang bersih/jernih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak mengandung kuman
atau bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi tiga macam.
Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi tiga macam.
1. Air
tanah, misalnya mata air, sumur gali, atau sumur bor.
2. Air
permukaan, misalnya dari sungai, danau, laut, air yang diolah secara ilmiah
seperti air kali yang dibersihkan menjadi air minum.
3. Air
hujan yaitu air yang jatuh dari ruang angkasa.
Untuk
mendapatkan air tanah yang memenuhi kesehatan, sumber air itu harus jauh dari
tempat pengambilan air. Oleh karena itu, untuk mencegah agar air sumur tidak
tercemar dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Lantai
di sekitar sumur harus dibuat kedap air, artinya diplester 1 meter dari
permukaan tanah ke bawah, agar tidak mudah menyerap air yang kotor dari atas.
b. Apabila
sumur gali maka dinding sumur, antara jarak 2 meter sampai 3 meter dari
permukaan tanah harus diplester agar tidak mudah merembes langsung air kotor.
c. Bila
sumur gali, janganlah meletakkan timba (ember) di ats tanah, buatlah gantungan
khusus.
Pencegahan
pencemaran jenis air permukaan pun dilakukan. Bila air sungai yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari, sungai harus dijaga kebersihannya dari pencemaran.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah polusi air diantaranya sebagai
berikut.
a. Jangan
membuang sampah di sungai.
b. Jangan
mengadakan penebangan pohon-pohon yang berada di hulu sungai di badan sungai
sepanjang sungai itu.
c. Jangan
membuang air limbah yang mengakibatkan rusaknya air sungai.
Sedangkan
untuk mencegah pencemaran air laut, sebagai berikut.
a. Jangan
merusak sungai, jagalah kebersihannya dengan tidak mengotori sungai karena
sungai akan mengalir ke laut.
b. Janganlah
memasukkan gas/zat yang merusak air. Hindarkan kebocoran pipa-pipa bahan bakar
dalam laut dan kapal yang mengangkuy bahan bakar di laut.
Pencemaran air laut akan banyak mengakibatkan
kerugian-kerugian bagi manusia, terutama dapat merusak ekosistem laut.
4.
Pencemaran media pangan
Salah satu komponen lingkungan yang
berinteraksi dengan manusia dan sering kali mengalami pencamaran adalh pangan
atau makanan. Bebrapa dari bahan toksik (pencemaran lingkungan) merupakan xenobiotic (foreign) to human
biochemistry. Berbagai bahan “asing” ini memiliki potensi berbahaya bagi
manusia. Berbagai bahan kimia di tanah bisa berada di dalam tubuh manusia, melalui
media makanan. Berbagai agent penyakit dapat masuk atau kontak ke dalam tubuh
manusia.
Keberadaan bahan kimia: baik yang intentional seperti food
additives, maupun yang unintentional yakni cemaran bahan kimia, mulai dari
penanaman (bahan baku pangan) hingga ketika disajikan di atas meja. Food additives digunakan secara luas.
Definisi food additives (Federal Food
Drug and Cosmetics) adalah any substance
the intended use of which result or may reasonably be excepted to result,
directly or indirectly, in its becoming a component or otherwise affecting the
characteristics of any food. Secara teknis food additives adalah bahan atau campuran berbagai bahan di luar
selain bahan dasar pangan yang terdapat dalam makanan sebagai hasil dari baik
sebuah proses pembuatan, proses penyimpanan, packaging. Berbagai bahan ini memang disengaja dan dibolehkan
menurut aturan perundangan. Hal ini berbeda dengan unintentional – atau makanan yang secara tidak sengaja ada dalam
pangan tersebut atau lazim dikenal sebagai ‘tercemar’.
Food
contaminant, juga bisa berupa mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme ini
berada di dalam pangan terutama pascapanen, penyimpanan maupun proses
penyajian. Misalnya jamur, bakteri, serangga, kencing tikus, atau rambut tikus.
Berbagai mikroorganisme juga dikenal sering mengontaminasi pangan. Bahan
mikroorganisme mencemari ketika proses packaging,
dan distribusi.
2.3
Pengertian Sampah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri
yang berupa padatan, lumpur atau
bubur yang berasal dari suatu
proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari
tempat-tempat umum.
2.4
Jenis-Jenis Sampah Padat
1. Sampah
organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah
padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah sayuran,
kulit buah-buahan.
2. Sampah
anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai
oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa,
kertas, plastik, kaca, logam.
3. Sampah
abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa
abu, biasanya hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan
dan tidak mudah membusuk.
4. Sampah
bangkai binatang (dead animal), yaitu semua
limbah yang berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak
yang mati.
5. Sampah
sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan
jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan,
kertas dan plastik.
6. Sampah
industri (industrial waste), yaitu semua
limbah padat yang bersal dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung
dari jenis industrinya.
7. Sampah B3 (bahan
berbahaya dan beracun), yaitu sampah yang terdiri atas bahan-bahan berbahaya
dan beracun, misalnya baterai, racun tikus dan pestisida.
8. Kompos, adalah sampah
yang teruraikan secara biologis, yaitu melalui pembusukan dengan bakteri yang
ada di tanah dan kerap digunakan sebagai pupuk.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengelolaan Sampah
1.
Penyimpanan sampah (refuse storage)
Yang
dimaksud dengan penyimpanan sampah ialah penampungan sampah yang sifatnya
sementara sebelum sampah tersebut dibuang pada tempat semestinya. Bentuk
penyimpanan sampah di desa berupa tanah yang digalin berbentuk lubang. Sampah
dimasukkan ke dalam lubang. Setelah lubang penuh dengan sampah, kemudian
ditimbun dengan tanah.
Bentuk
tempat sampah lain adalah gubuk (rumah kecil). Bentuk tempat sampah ini cocok
untuk daerah pedesaan, tetapi tidak cocok untuk daerah perkotaan atau kota
besar. Tanah di kota besar sudah penuh dengan bangunan. Oleh karena itu, bentuk
tempat sampahnya juga harus lain.
Tempat
sampah di kota-kota besar yakni dengan membuat bak sampah yang terdiri atas
bangunan ukuran kecil serta menggunakan tempat sampah khusus yanhg dibuat oleh
pabrik, misalnya ember besar.
Syarat
bak sampah yang baik seharusnya :
a. Dibuat
dari bahan yang tidak mudah rusak dan gampang untuk dibersihkan
b. Mempunyai
tutup agar tidak dihinggapi lalat, serangga dan lainnya
c. Ukurannya
tidak terlalu besar
d. Tidak
diletakkan di dalam rumah
Selain
tempat penyimpanan, hal yang juga harus diperhatikan adalah pemilihan jenis
sampah dalam tempat penyimpanan. Sampah yang dibuang sebaiknya disimpan secara
terpisah sesuai jenis sampah, organik/basah atau anorganik/kering. Sampah basah
dapat didaur ulang sedang sampah kering
tidak. Seharusnya tiap bagian sampah dapat dikomposkan atau didaur ulang secara
optimal, tidak dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang
ada saat ini, dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka
untuk memudahkan proses daur ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk
semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan
sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi niai dari material yang
mungkin bisa dimanfaatkan. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/mencemari
bahan-bahan yang mungkin masih bisa didaur ulang dan racun menghancurkan
kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, produk-produk sintesis dan
produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah di daur ulang, perlu dirancang
kembali agar sesuai dengan sistem daur ulang.
2.
Pengumpulan sampah (refuse collection)
Yang
dimaksud dengan pengumpulan sampah ialah pengumpulan sampah dari bak-bak sampah
yang ada di rumah-rumah, kantor, pasar dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh
petugas kebersihan dengan menggunakan truk sampah. Kemudian sampah diangkut ke
suatu pusat pembuangan sampah yang telah disepakati oleh pengurus lingkungan.
Pengumpulan sampah di kota-kota besar dilakukan dengan gerobak dorong, truk
atau kendaraan lain. Penampungan sampah memerlukan tempat luas karena
penampungan sampah merupakan tempat berkumpulnya semua sampah dari bak-bak
sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
sampah.
Syarat-syarat
penampungan sampah yang baik adalah sebagai berikut.
1. Mudah
dicapai oleh masyarakat yang menggunakannya.
2. Mempunyai
dua buah pintu, satu pintu untuk memasukkan sampah dan satu pintu untuk
mengeluarkan sampah.
3. Tertutup
dan mempunyai ventilasi.
4. Terhindar
dari tempat sarang tikus atau binatang lain
5. Mudah
untuk dibersihkan.
3.
Pembuangan sampah
Maksud
tempat buangan sampah adalah tempat pembuangan sampah terakhir setelah
dikumpulkan dari tempat-tempat pengumpulan. Di pedesaan, tempat pembuangan
ssampah ini tidaklah menjadi persoalan karena areal tanah masih luas. Akan
tetapi, di daerah perkotaan, terutama di kota besar, menjadi masalah yang pelik
karena sulit mendapatkan areal tempat pembuangan sedangkan sampah-sampah di
kota-kota besar sangat banyak.
Pada
umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah
basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu,
pengelolaan sampah yang tidak terpusat akan sangat membantu dalam mengurangi
jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya,
pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama
ini, pengelolaan sampah terutama di perkotaan tidak berjalan dengan efisien dan
efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat.
Kebiasaan
menangani sampah di kota besar adalah dibuang di salah satu tempat dan setelah
beberapa hari atau setelah kering dibakar. Pembakaran sampah ini menimbulkan
polusi udara di sekitarnya. Di samping meinimbulkan bau yang tidak enak, juga
menimbulkan penyakit yang membahyakan masyarakat. Cara pembuangan sampah ke
laut ataupun pembakaran di tempat pembuangan sampah menimbulkan akibat
sampingan negatif. Untuk mengatasinya, tempat pembuangan sampah tersebut
haruslah mengolah sampah kembali menjadi bahan yang berguna. Mengolah sampah
menjadi bahan yang berguna ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih (teknologi tinggi).
Di
negara-negara yang telah menggunakan teknologi tinggi, sampah bisa diolah
menjadi bahan pupuk, kertas dan lain-lain. Apabila sampah sudah bisa diolah
menjadi bahan yang berguna, maka semakin banyak jumlah sampah semakin pula
menguntungkan. Sebaliknya, apabila sampah belum bisa diolah menjadi bahan lain,
maka semakin banyak sampah semakin sulit untuk mengatasinya.
Karena
sampah di perkotaan terdiri atas beberapa jenis, sebelum dikumpulkan, sampah
harus dipilah sesuai jenisnya agar sampah-sampah bisa diolah menjadi bahan
lain. Memisahkan sampah juga membutuhkan teknologi tinggi karena kalau hanya
menggunakan tenaga manusia akan memakan waktu yang cukup lama.
4.
Pengolahan sampah sederhana
Pengomposan
bisa menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan sampah. Pengomposan adalah
cara pembuatan kompos dengan mengolah sampah organik (sampah yang berasal dari
makhluk hidup, misalnya sayuran). Memang, pengomposan ini menimbulkan masalah
seperti bau, berair atau menghasilkan belatung. Ada dua cara pengomposan, yakni
pengomposan alami dan pengomposan buatan.
Cara
pengomposan alami :
a. Galilah
lubang secukupnya dengan kedalaman min. 1 meter.
b. Masukkan
sampah organik ke dalam lubang.
c. Lapisi
sampah tersebut dengan jerami
d. Tutuplah
galian dengan tanah
e. Bila
mencapai waktu sekitar 1 minggu, bukalah galian tersebut, dan
f. Sampah
siap digunakan sebagai kompos.
Sedangkan dalam pengomposan buatan, menggunakan
reaktor mini dan bakteri. Di dalam reaktor inilah sampah akan diurai oleh
bakteri.
Teknik-teknik
pengolahan sampah ini sangat berguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
khususnya dan dunia secara umum. Dengan pengolahan sampah, lingkungan akan
lebih nyaman untuk ditinggali. Masyarakat pun aka terhindar dari penyakit atau
bencana yang ditimbulkan sampah.
Mengatasi
Masalah Sampah
Ada
beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui
pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan
proses kompos. Yang lazim, dilakukan untuk sampah dalam jumlah besar adalah
secara fisik. Sampah dari rumah-rumah dikumpulkan dan disimpan dalam tempat
atau container sementara, kemudian diangkut ke TPA untuk diolah sebelum
dibuang. Tumpukan sampah yang tidak diolah terlebih dulu dapat mengundang
lalat, tikus, serta pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan,
mencemari udara, tamah dan air, serta menganggu kenyamanan.
Tujuan
suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut
menjadi bahan yang berguna secara efisisen dan ekonomis dengan dampak
lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah
diperlukan informasi tentang karakter sampah, karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk
pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan dan
keekonomian.
Permasalahan
sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga menimbulkan
kerawanan social dan bencana kemanusiaan. Ada beberapa hal efektif yang bisa
dilakukan untuk menangani sampah, yakni dengan menerapkan prinsip 4R ( replace, reduce, reuse dan recycle).
1. Replace,
mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama dan ramah lin
gkungan. Misalnya, ganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja dan
jangan pergunakan Styrofoam, karena bahan tersebut tidak bisa didegradasi
secara alami.
2. Reduce,
Mengurangi sampah dengan mengurangi sampah kantong plastik.
3. Reuse,
menggunakan kembali sisa sampah yang masih bisa dipakai.
4. Recycle,
melakukan daur ulang sampah.
Adapun
cara lain memanfaatkan sampah yakni dengan menggunakannya sebagai bahan bakar
(briket arang sampah).
Penanganan
Sampah di TPA
TPA
sering juga disebut landfill, yaitu
tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable
(tidak tembus air) sehingga air sampah yang diletakkan di atasnya tidak akan merembes hingga
mencemari air tanah di sekitarnya. Sampah-sampah yang datang ditimbun sampai
menggunung, diletakkan secara berlapis, dipadatkan, dan ditutupi dengan tanah
liat untuk mencegah datangnya hama dan menghilangkan bau. Penimbunan sampah
akan dihentikan jika ketinggian permukaannya mencapai yang diinginkan. Yang
dimanfaatkan adalah sampah rubbish
(sampah tak lapuk dan tak mudah lapuk) misalnya kertas, kayu, kaleng dan
sebagainya. TPA umumnya dibuat untuk bisa menampung sampah selama jangka waktu
beberapa tahun.
Sampah
tidak boleh dibuang secara sembarangan. Selain bisa menyebabkan bencana, sampah
juga bisa terdiri atas berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti
kaleng aerosol dapat meleedak bila terkena panas, sedang bahan dari plastic dan
karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar. Bila
pembakaran tidak bisa dihindari, pastikan hanya sampah organik yang dibakar,
tidak mengandung banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari kerumunan orang
banyak atau benda lain yang dapat memperburuk pembakaran.
Teknologi
Pengolahan Sampah
Memiliki
tujuan untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya, ada dua
alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang
menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. Pada kedua
proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakan
generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis
menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan
menggerakan motor yang dihubungkan dengan generator listrik. Sedangkan proses
thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang
kemudian digunakan untuk menggerakan turbin uap yang dihubungkan dengan
generator listrik.
1.
Proses Konversi Thermal
Proses
konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi,
pirolisa dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi
bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan
reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung
secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
unsure-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan Nitrogen (N) dan
dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas
produk. Beberapa contoh incinerator ialah open
burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unity, rotary
kiln, dan fluidized bed incinerator.
Pirolisa
merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran
oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperature tinggi,
molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul
organic yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar,
larutan asam asetat, methanol, padatan char dan produk gas.
Gasifikasi
merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi
melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperature
yang relatif tinggi ( sekitar 90o C-110o C). Seperti
halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan
nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
\2.
Proses Konversi Biologis
Proses
konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion
secara anaerobik (biogas) atau tanah uruk (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah)
menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang
kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem
pembangkit energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari
digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor
sekitar 6500 kJ/Nm3.
Konsep
landfill seperti di atas ialah sebuah
konsep landfill modern yang dalamnya terdapat suatu sistem pengolahan
produk buangan yang baik. Landfill ialah
pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi
oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa
ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk
ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di
dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunyai permeabilitas yang rendah. Aktivitas mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan
CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane
(pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut
mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil
biasanya terdiri atas sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang
lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga
sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.
3.
Insinerator
Insenerator
adalah perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi
udara. Insinerator yang baik memiliki
sistem penangkal pencemar udara di cerobongnya (walaupun tetap menyebabkan
pencemaran udara) dan sanggup mengurangi volume sampah sampai 80% seusai
dibakar.
Permasalahan
yang timbul dapat dikurangi dengan meminimalkan jumlah timbuhan sampah dengan
berbagai cara dan upaya, dimulai dengan memilah-milah jenis sampah organic
(mudah membusuk) dan sampah anorganik (sukar membusuk) di rumah tangga.
Salah
satu metode alternatif penanganan pengelolaan sampah dengan skala kecil dapat
diterapkan dengan pola pembakaran berteknologi (insinerator). Pada prinsipnya sampah dapat dikelola dengan
pembakaran yang ramah lingkungan, meskipun kita belum bisa menerima teknologi
ini karena masih menganggap biayanya mahal dan sementara masih beranggapan
mempunyai dampak lingkungan. Penulis mengajak marilah kita mencoba untuk “berpikir global namun bertindak lokal”.
Artinya, kita dapat memakai kemajuan teknologi, sesuai keadaan dan lingkungan
kita. Salah satu pilihannya adalah teknologi pembakar sampah “pilot project” skala kecil yang telah
diproduksi di Indonesia.
Teknologi
insinerator merupakan salah satu alat
pemusnah sampah dengan pembakaran pada suhu tinggi dan secara terpadu aman bagi
lingkungan. Pengoperasiannya pun mudah dan aman karena keluaran emisi yang
dihasilkan berwawasan. Keuntungan dari insinerator
mini ini adalah :
a. Tidak
diperlukan lahan besar
b. Mudah
dalam pengoperasian
c. Hemat
energi
d. Temperature
tidak terlalu tinggi (800o/1.100oC)
e. Tidak
menghasilkan asap sisa pembakaran yang mencemari lingkungan
f. Tidak
bising dan kemasan kompak per unit
g. Tidak
menimbulkan panas pada tabung pembakar
h. Sisa
abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/batako.
Sistem pengelolaan sampah incinerator dapat
ditetapkan dan digunakan baik dalam
jangka pendek, jangkah menengah, maupun jangka panjang. Pola pengelolaan
pembakaran incinerator mini tidak memerlukan lahan yang luas, sesuai untuk
daerah perkotaan.
3.2
Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum
menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya penduduk di mana ruang tetap, makin
hari masalahnya semakin bertambah besar. Hal ini jelas bila kita melihat
modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi, sehingga meningkatkan aktivitas
manusia. Sehubungan dengan kegitan manusia, maka permasalahan sampah akan
berkaitan baik dari segi sosial ekonomi maupun budaya.
Kesehatan
seorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara
komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan
tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian
sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa sampah yang dikelola tidak berada
pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak
terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan
menjadi bemacam-macam fungsinya, antara lain:
1.
Sebagai sarana penularan penyakit.
Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat menjadi tempat bersarangnya
(breeding places) dan berkembang biaknya dari bermacam-macam vektor penularan penyakit. Vektor dimaksud tersebut
adalah: lalat, kecoak (lipas), nyamuk, dan tikus.
a. Kebiasaan
lalat: Lalat biasa hidup yang di tempat-tempat yang kotor dan tertarik akan bau
yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan lalat. Sampah,
terutama sampah basah (garbage), cepat berbau busuk, sehingga merupakan tempat
berkembang biak dan tempat makanan lalat.
b. Kebiasaan
kecoak/lipas: Kecoak/ lipas senang tinggal di tempat-tempat yang lembab,
berbau, dan keadaan gelap. Tumpukan sampah yang lembab, berbau, dan terdapat
banyak cela-cela yang gelap merupakan tempat berkembang biaknya kecoak/lipas.
Lalat dan Kecoak/lipas merupakan vektor penularan penyakit saluran pencernaan
(perut) seperti: disentri basiller, disentri amoeba, Cholera, Typhus
abdominalis, diare karena bakteri, dsb.
c. Kebiasaan
nyamuk: Nyamuk khususnya nyamuk Aedes dan Culex suka bersarang pada genangan
air. Sampah dari barang-barang seperti kaleng, kantong plastik, pecahan
gelas/botol menjadi tempat genangan air jika hujan turun, tempat ini sangat
disenangi nyamuk Aedes sebagai tempat berkembangbiaknya.
Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah), malaria.
Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah), malaria.
d. Kebiasaan
tikus: Tikus umumnya suka bersarang pada tempat yang banyak makanan,
tempat-tempat yang lembab, dan celah-celah yang gelap sebagai tempat
persembunyiannya. Sampah basah (garbage) masih banyak mengandung sisa makanan,
agak lembab, dan terdapat celah-celah untuk bersembunyi dari ancaman musuh tikus.
Oleh karenanya tikus suka bersarang di tempat pembuangan sampah. Tikus
merupakan vektor penularan pes.
2.
Di samping penyakit infeksi saluran pencernaan/perut, di dalam tumpukan sampah
basah (garbage) kadang-kadang mengandung telur-telur cacing (cacing Trichinella
spiralis, Ascaris Lumbricoides, Oxyuris vermecularis, dll.). Apabila sampah
basah (garbage) ini diberikan untuk pakan ternak seperti babi tanpa di masak
terlebih dahulu, maka babi tersebut dapat terjangkit penyakit kecacingan
misalnya Trichinosis, penyebabnya adalah cacing Trichinella spiralis. Jika
daging babi tersebut tidak sempurna memasaknya dikonsumsi oleh manusia, maka
manusia pun dapat terjangkit penyakit penyakit cacing Trichinella ini.
3.
Dari sampah juga dapat menjadi penyebab penyakit lain seperti penyakit kulit
dan jamur.
4.
Kemudian selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan
akan mengakibatkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah, air, dan
udara. Sampah-sampah yang dibuang sebagian besar merupakan bahan-bahan organik.
Bahan-bahan organik ini mengalami pembusukan secara biologis oleh jasad-jasad
renik/mikroba yang bersifat aerobik. Selain itu juga terjadinya proses
pembusukan sampah organik berlangsung secara anaerobik yang berlangsung lama
dan akhirnya akan dapat menghasilkan humus yang sangat berguna untuk penyuburan
tanah dan perbaikan kondisi tanah. Namun dampak negatifnya lebih banyak, di
mana:
1.
Sampah-sampah plastik, pecahan kaca, karet, dan bahan-bahan yang sukar membusuk
akan mencemari tanah sehingga dalam waktu lama tanah tidak dapat ditanami lagi
(lahan kritis).
2.
Hasil proses pembusukan sampah oleh jasad renik menghasilkan gas-gas seperti:
CO2, H2S, CH4, dan NH3, maka udara tercemar oleh gas-gas tersebut dan
menimbulkan bau yng tidak sedap. Di samping itu, jika ada sampah yang terbakar
maka asap-asap yang mengepul ke udara mencemari udara karena adanya gas CO2 dan
CO.
3.
Air rembesan (leachate) hasil dari proses pembusukan sampah akan mengalami
perporasi yang mengandung bahan terlarut yang dapat berbahaya untuk kesehatan,
dapat mencemari air permukaan air tanah, serta badan-badan air yang berada
dekat dengan tempat pembuangan akhir sampah apabila tidak dilakukan pengawasan
yang baik.
5.
Hasil pembusukan (dekomposisi) sampah dapat juga mengganggu keseimbangan ekosistem,
terjadinya penyuburan pada badan-badan air karena menerima nutrien-nutrien
hasil dekomposisi sampah memungkinkan terjadinya ledakan populasi tumbuhan air
seperti eceng gondok dan akan mengganggu kehidupan biota lain. Salah satu
dampak penyuburan (eutrofikasi) ini adalah terjadinya pendangkalan badan-badan
air. Bahaya yang lebih besar lagi yang dapat diakibatkannya adalah bahaya
banjir. Banjir ini dapat terjadi karena pendangkalan sungai atau dapat juga
disebabkan oleh saluran-saluran/riol-riol atau got yang tersumbat oleh sampah
(seperti kejadian banjir di kota-kota sekarang).
6.
Secara fisik sampah yang tidak terkelola, dengan baik dapat mengganggu
kelancaran lalu lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau di
sudut-sudut persimpangan jalan. Ditinjau segi lain, sampah yang demikian akan
mengganggu kenyamanan atau keindahan (estetika).
7.
Lebih jauh lagi keadaan demikian akan menurunkan martabat bangsa. Dengan kata
lain status sosial budaya suatu bangsa akan menurun dengan adanya suatu
kenyataan bahwa pemerintah belum mampu memelihara kebersihan secara tuntas.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah adalah barang/material sisa yang tidak
diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu. Sampah dibedakan menjadi
sampah organik, anorganik, B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan kompos. Ada
beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui
pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan
proses kompos. Sistem pengelolaan sampah terbagi atas penyimpanan sampah,
pengumpulan sampah, pembuangan sampah dan pengolahan sampah sederhana. TPA
sering juga disebut landfill, yaitu
tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable
(tidak tembus air) sehingga air sampah yang diletakkan di atasnya tidak akan merembes hingga
mencemari air tanah di sekitarnya. Teknologi pengolahan sampah terbagi atas
proses konversi thermal, proses konversi biologis sera insinerator yang
merupakan perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi udara.
3.2 Saran
Tentunya dalam makalah ini, masih
terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat memohon kritik dan
saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu selanjutnya bisa dibuat
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini, bisa berguna dan
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,
Umar. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori
dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
RajaGrafindo Persada.
Damanhur, Enri 2008. Pengelolaan
Limbah Padat Secara Umum. Bandung:
FTSL ITB.
FTSL ITB.
Dhani, Muhammad. Kajian
Pengelolaan Limbah Padat Jenis B3. Surabaya:
FTSP ITS.
FTSP ITS.
Firmansyah
R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nugraha,
Adrian. 2009. Menyelamatkan Lingkungan
Hidup dengan
Pengelolaan Sampah. Bekasi: Cahaya Pustaka Raga.
Pengelolaan Sampah. Bekasi: Cahaya Pustaka Raga.
Pranowo, Galih. Limbah
Padat. Jogjakarta: Fakultas
Sains Terapan.
Suprapto.
2005. Dampak Masalah Sampah Terhadap
Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Volume 1, No 2.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15366/mki-des2005-
%20(1).pdf/. (Diakses tanggal 02 September 2015).
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Volume 1, No 2.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15366/mki-des2005-
%20(1).pdf/. (Diakses tanggal 02 September 2015).
Umbara, Heru. 2010. Teknologi
Pengolahan Limbah. Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional.Volume 13, No 2.
Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional.Volume 13, No 2.
Yuhistira, Angga. Teknologi
Pengolahan Limbah Padat. Teknologi dan Manajemen Lingkungan.
http://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-berdasarkan-bentuk-atau-wujudnya/. (Diakses tanggal 09 September 2015).
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan. Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima besi bekas
BalasHapus